Nama : A Fahrur Rozi
NIM : 09410144
Judul buku : Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani
Indonesia
Pengarang : Prof, Dr. H.A.R. TILAAR, M.Sc.Ed.
Penerbit : PT Remaja Rosdakarya
Tempatterbit : Bandung
Tahunterbit : 2002
Buku “Pendidikan, Kebudayaan,
Dan Masyarakat Madani Indonesia” karangan Prof, Dr.
H.
A. R. TILAAR, M.
Sc. Ed. membahas tentang pendidikan, kebudayaan dan
masyarakat madani yang ada di Indonesia. Pendidikan sebagai proses memanusiakan
manusia dan berkebudayaan dalam membawa
manusia dan masyarakat Indonesia yang madani. Selanjutnya di dalam buku ini di
bahas pula hakikat pendidikan, hakikat kebudayaan, pendidikan dalam kebudayaan,
kebudayaan dalam pendidikan, pendidikan kebudayaan, kebudayaan pendidikan,
manusia berpendidikan dan manusia berbudaya, masyarakat madani indonesia,
pendidikan untuk masyarakat madani Indonesia dan berbagai lampiran-lampiran
referensi.
Banyak definisi yang muncul mengenai apakah hakikat pendidikan,
hakekat pendidikan dapat
dikategorikan dalam dua pendekatan yaitu pendekatan epistimologis dan
pendekatan ontologi, kedua jenis pendekatan ini secara teoritis dapat berbeda
dengan melahirkan berbagai aliran dalam filsafat pendikan misalnya idealisme,
empirisme, pragmatisme, progresivisme dan sebagainya. Sedngkan hakikat
kebudayaan dapat disimpulkan bahwa inti dari setiap kebudayaan adalah manusia,
dengan kata lain kebudayaan adalah khas insani. Hanya manusia yang berbudaya
dan membudaya. Oleh karena itu pendidikan dan kebudayaan erat kaitannya dan
tidak dapat dipisahkan.
Sangat
jelas terlihat betapa pendidikan tidak dapat dipisahkan
dengan kebudayaan. Peran pendidikan dalam kebudayaan sangat besar, maka dalam
perkembangan ilmu pengetahuan telah muntul apa yang dikenal dengan sebagai
antropologi pendidikan.
Pembahasan
mengenai budaya dan pendidikan sangatlah penting, mengingat di era sekarang
pendidikan dan kebudayaan mempunyai arti yang lebih sempit dari pada dahulu.
Prndidikan dewasa ini sering diartikan hanya sebagai pembelajaran. Pendidikan
dipahami sebagai proses untu mencapai kentelektualan. Padahal makna dari pendidikan sendiri adalah proses untuk memanusiakan
manusia, proses untukmerubah masyarakat menjadi masyarakat yang madani.
Kebudayaaan pun bernasip sama seperti halnya pendidikan, kebanyakan orang hanya
mendefinisikan budaya sebagai tari-tarian, alat music, kesenian dan lain-lain.
Sehingga bbudaya terkesan hanya bergerak dalam bidang estetika atau keindahan.
Padahal jika kita lihat kembali makna dari budaya adalah hasil cipta, rasa dan
karsa manusia. Hal inilah yang membuat pendidikan dan budaya harus ada pembahasan
yang lebih lanjut.
Hubungan
yang sanat erat antara pendidikan dan kebudayaan ini haruslah ada sebuah
strategi-strategi khusus. Bukan hanya untuk mentgenalkan budaya pada masyarakat
tetapi lebih pada pendidikan yang searah dengan kebudayaan. Sehingga proses
pendidikan akan berjalan lebih efektif dan sesuai apa yang diinginkan.
Aspek-aspek
dari kebudayaan adalah kebudayaan pendidikan. Oleh karena itu, kebudayaan pendidikan tidak terlepas
dari keseluruhan elemen-elemen kebudayaan khususnya filsafat, ilmu pengetahuan,
adatistiadat dan cara hidup lainnya. Sebagai aspek dari keseluruhan
kebudayaan maka kebudayaan pendidikan
juga mengandung dimensi-dimensi temporal dan spasial.
Ada
istilah manusia
berpendidikan dan manusia berbudaya. Ada pakar yang menganggap kedua konsep
tersebut sama artinya yaitu bahwa manusia yang berpendidikan sama artinya
dengan manusia berbudaya. Rumusan itu benar karena lahir dari pengertian bahwa
pendidikan adalah aspek dari kebudayaan. Ada sementara pakar termasuk penulis
sendiri yang membedakan kedua pengertian tersebut. Manusia berpendidikan
diartikan sebagai manusia yang telah berkembang kemampuan intelektualnya karena
pendidikan. Seorang yang disebut berbudaya (civilized) adalah seorang
yang menguasai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya
nilai-nilai etis dan moral yang hidup didalam kebudayaan tersebut.
Untuk
membangunan masyarakat madani ada
dua komponen yang berperan yaotu individu sebagai pelaku di dalam masyarakatnya,
dan kedua, pranata-pranata sosial yang menampung nilai-nilai budaya yang akan
mengatur tercapainya tujuan bersama. Pentingnya masyarakat madani dalam rangka
kelangsungan hidup masyarakat, telah menjadi pokok pemikiran para filosof dan
negarawan termasuk yang dikaji didalam ilmu politik.
Dalam
buku ini menjelaskan tentang bagaimana pentingnya kebudayaan dalam mendukung
pendidikan dan sebaliknya bagaimana pendidikan yang mendukung kebudayaan agar
dapat mencetak manusia yang berbudaya ataupun berpendidikan. Ketika kedua aspek
tersebut berjalan bersama dengan baik dan saling mendukung, maka terciptalah
masyarakat madani, masyarakat paripurna, masyarakat ang dicita-citakan Negara
ini yaitu Negara Indonesia.
Pendidikan untuk masyarakat madani Indonesia
itu tidak ada. Oleh karena
pendidikan merupakan bagian yang integral dan kegiatan resiprokal dari
masyarakat dan kebudayaannya, maka yang lebih tepat ialah pendidikan dalam
masyarakat madani Indonesia. Pendidikan dalam masyarakat madani indonesia tidak
lain ialah proses pendidikan yang mengakui akan hak-hak dan kewajiban
perorangan didalam masyarakat. Dalam masyarakat yang demokratis, hak-hak dan
kewajiban tersebut merupakan batu landasan dari masyarakat. Masyarakat
demokratis hanya ada apabila hak-hak dan kewajiban warga negaranya diakui,
dikembangkan dan dihormati. Lembaga-lembaga kehidupan (pranata-pranata sosial)
berfungsi untuk menghormati dan mengembangkan hak-hak demokrasi tersebut.
Proses pendidikan didalam masyarakat demokratis tersebut mengakui adanya
identitas masyarakat atau bangsa Indonesia yang berbudaya.
kok banyak istilah yang saya ga paham ya pak???????? bukankah pendidikan ya ngono kae,,,,,muhahahahaha
BalasHapus