Rabu, 11 April 2012

Riview Buku


Nama   : Risman Munawar
NIM    : 09410175
Kelas   : B
Dosen  : Nur Saidah, S. Ag.,

Referensi Buku:
a.       Judul               : Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia
b.      Penulis             : Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed.
c.       Penerbit           : PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002
d.      Tebal Hlm       : 252 halaman.

BAB I
HAKIKAT PENDIDIKAN
Mengenai hakikat pendidikan adalah mengenai pula dengan apakah yang di maksud dengan pendidikan itu sendiri. Terdapat dua pendekatan dalam mngetahui hakikat dari pendidikan, yaitu pendekatan epistimologis dan pendekatan ontologi/ metafisik. Didalam pendekatan epistimologis yang menjadi masalah ialah akar atau kerangka ilmu pendidikan senagai ilmu. Pendekatan tersebut berusaha mencari pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai obyek yang akan merupakan dasaranalisis yang akan membangun ilmu pengetahuan yang disebut dengan ilmu pendidikan . didalam usaha tersebut dikaji mengenai peranan pendidikan dan kemungkinan-kemungkinan pendidikan. Dari sudut pandang ini pendiidkan dilihat sebagai suatu yang inheren dalam konsep manusi. Artinya, manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan.
Pendekatan ontologi menekankan kepada hekikat keberadaan, dalam hal ini keberadaan pendidikan itu sendiri. Keberadaan pendidikan tidak lepas dari keberadaan manusia. Oleh sebab itu, hakikat pendidikan adalah berkenaan dengan hakikat manusia. Dalam pendekatan ini keberadaan peserta-didik dan pendidik tidak terlepas dari makna keberadaan manusia itu sendiri.

BAB II
HAKIKAT KEBUDAYAAN
Inti dari setiap kebudayaan adalah manusia. Hanya manusia yang berbuadaya dan membudaya. Jadi usaha untuk mencari jawaban terhadap hakikat kebudayaan akan mampir dalam mengenai hakikat manusia. Dimungkinkan di sinilah terletak afinitas antara pendidikan dan kebudayaan, kedua-duanya merupakan khas insani, oleh sebab itu pendidikan dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan atu sama lain.
Menurut rumusan Ralph Linton didalam bukunya yang terkenal The Cultural Background of Personality pada tahun 1945, mengemukakan bahwa pada mulanya para pakar etnologi beranggapan bahwa kebudayaan manusia berkembang dari bentuk primitif kepada bentuk modern. Pendapat evolusionosme ini telah lama ditinggalkan dan pada umumnya antropologi  budaya mengenal relativisme budaya. Hal ini berarti bahwa perbedaan di dalam berbagai kebudayaan adalah kompleksitasnya bukan tinggi rendah drajatnya.setiap kebudayaan itu unuk dan berkembang. Tidak ada suatu kebudayaan yang statis. Selain itu, dalam setiap kebudayaan terdapat unsur-umsur universalyang berlaku untuk setiap anggotanya, dan ada pula unsur-unsur  kehususan yang dianut oleh segelintir anggotanya.
Pandangan Ki Hadjar Dewantara mengenai hakikat kebudayaan mengatakan bahwa  kebudayaan berarti buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat yaitu alam dan zaman (kodrat dan masyarakat). Dalam perjuangan tersebut terbukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

BAB III
PENDIDIKAN DALAM KEBUDAYAAN
Peranan pendidikan didalam kebudayaan dapat kita lihat dengan nyata didalam perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia, tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekedar jumlah dari kepribadian-kepribadian.
Salah satu proses yang dikenal mengenai kebudayaan adalah transmisi kebudayaan. Artinya kebudayaan itu di transmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahkan banyak ahli pendidikan yang merumuskan bahwa proses pendidikan tidak lebih dari proses transmisi kebudayaan.
Proses transmisi meliputi proses-proses imitasi, identifikasi, dan sosialisasi.imitasi adalah meniri tingkah laku dari sekitar dari lingkunga keluarga sampai ke lingkungan lokal. Oleh karena itu, unsur-unsur yang menjadi behan imitasi harus di identifikasi. Proses identifikasi berjalan sepanjang hayat sesuai dengan tingkat kemampuan manusia itu sendiri. Selanjutnya unsur-unsur budaya tersebut haruslah disosialisasikan artinya harus diwujudkan dalam kehidupan yang nyata  didalam lingkungan yang semakin lama semakin meluas.

BAB IV
KEBUDAYAAN DALAM PENDIDIKAN
Ada dua sebab mengapa ulasan mengenai kebudayaan dalam pendidikan perlu dan penting. Pertama, kebudayaan telah diartikan secara sempit, kebudayaan tidak lebih dari kesenian, tarian-tarian, seni pahat, seni batik, dan sebagainya. Dengan kata lain, kebudayaan telah direduksi hanya mengenai nilai-nilai estetika. Kedua, pendidikan yang dewasa ini sangat intelektualistis, artinya hanya mengenai satu unsur saja didalam kebudayaan.
Kebudayaan mengandung tujuh unsur universal seperti yang dirumuskan oleh Koentjaraningrat sebagai berikut: sistem realigi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi dan peralatan.

BAB V
PENDIDIKAN KEBUDAYAAN
Keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan dan kebudayaan nasional memerlukan program-program khusus yang perlu dilaksanakan bukan saja untuk menunjukan bahwa pendidikan nasional berdasarkan kebudayaan nasional, tetapi juga kebudayaan nasional perlu diwujudkan atau dikembangkan melalui pendidikan nasional. Dengan kata lain perlu ada program pendidikan untuk pengenalan dan pengembangan kebudayaan dalam arti sempit).
Proses pengenalan, pemeliharaan, dan pengembangan wujud-wujud kebudayaan melalui proses pendidikan. Proses pendidikan tersebut mempunyai bentuk-bentuk atau modalitas sebagai berikut:
a.       Bentuk formal
b.      Bentuk nonformal
c.       Bentuk informal
Bentuk formal yang bisa kita kenal sebagai pendidikan berstruktur dan berprogram. Bentuk nonformal biasanya singkat waktunya dan tujuannya untuk memperoleh bentuk-bentuk pengetahuan atau keterampilan tertentu yang langsung dapat dimanfaatkan oleh pemiliknya.  Bentuk pendidikan informal tidak mengenal jangka waktu tertentu serta tidak berstuktur, proses pendidikan ini terjadi seumur hidup.

BAB VI
KEBUDAYAAN PENDIDIKAN
Kebudayaan pendidikan merupakan gagasan, konsep, yang mendasari praksis pendidikan. Kebudayaan pendidikan merupakan aspek dari keseluruhan kebudayaan. Oleh karena itu, kebudayaan pendidikan tidak lepas dari keseluruhan elemen-elemen kebudayaan khususnya filsafat, ilmu pengetahuan, adat-istiadat, dan cara hidup lainnya. Sebagai aspek dari keseluruhan kebudayaan maka kebudayaan pendidikan juga mengandung dimensi-dimensi temporal dan spasial.
Hasil penelitian dari Lombard, dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya dituliskan bahwa Kebudayaan Indonesia merupakan suatu silang dengan budaya internasional. Salah satu pengaruh yang sangat membekas didalam prsksis pendidikan Indonesia adalah budaya pendidikan kolonial yang masih terus mendominasi sebagai praktek pendidikan kita. Salah satu budaya tersebut ialah intelektualisme dan verbalisme.

BAB VII
MANUSIA BERPENDIDIKAN DAN MANUSIA BERBUDAYA
Ada sementara pakar yang menganggap kedua konsep tersebut sama artinya yaitu bahwa manusia yang berpendidikan adalah sama artinya dengan manusia yang berbudaya. Rumusan ini benar karena lahir dari pengertian banwa pendidikan adalah aspek dari kebudayaan. Dengan demikian, seseorang yang telah berkembang sesuai dengan kebudayaannya adalah juga seseorang yang telah memperoleh pendidikan yang bertujuan sama dengan perkembangan pribadi di dalam kebudayaan dimana pendidikan itu berlangsung.
Seseorang disebut berbudaya adalah seseorang yang menguasai dan berprilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etis dan moral yang hidup didalam kebudayaan tersebut. Seseorang dapat saja berpendidikan luas dan tinggi, akat tetapi hidupnya tidak bermoral. Dalam hal ini orang tersebut berpendidikan tetapi tidak berbudaya.
Rumusan pendidikan menurut Ki Hajar Derantara, Bapak Pendidikan Nasional, didalam asas-asas Taman Siswa yang dikenal sebagai Pancadharma yaitu kodrat alam yakni bahwa kodrat manusia adalah bagian dari alam semesta, kemerdekaan yakni kehidupan yang sarat dengan ketertiban dan kedamaian, kebangsaan yaitu seseorang harus merasa satu dengan bangsa sendiri, kebudayaan berarti perlunya memelihara nilai-nilai dan bentuk-bentuk kebudayaan nasional. Kemanusiaan yairu tidak bolah ada permusuhan terhadap bangsa-bangsa lain, akan tetapi melalui keluhuran akal budi dan menimbukan rasa cinta kasih terhadap sesama manusia.

BAB VIII
MASYARAKAT MADANI INDONESIA
Era reformasi bertujuan untuk membina suatu masyarakat Indonesia yang baru dalam rangka untuk mewujudkan cita-cita Proklamasi 1945 yaitu membangun masyarakat Indonesia yang demokratis. Masyarakat Indonesia yang demokratis atau masyarakat madani Indonesia merupakan visi dari gerakan reformasi juga visi dari reformasi sistem pendidikan nasional.
Masyarakat madani dapat dirumuskan dengan suatu masyarakat demokratis dan menghargai hukum dignity atau hal-hal tanggung jawab manusia.

BAB IX
PENDIDIKAN UNTUK MASYARAKAT MADANI
Pendidikan dalam masyarkat madani Indonesia tidak lain ialah proses pendidikan yang mengakui akan hak-hak serta kewajiban perseorangan didalam masyarakat. Masyarakat yang demokratis hanya ada apabila hak-hak dan kewajiban warga negaranya diakui, dikembangkan dan dihormati.
Ada beberpa strategi pembanguna pendidikan nasional dengan rangka membangun masyarakat madani Indonesia.
a.       Pendidikan dari, oleh, dan bersama-sama masyarakat.
Dari masyarakat artinya pendidikan haruslah memberi jawaban kepada kebutuhan dari masyarkat sendiri. Oleh masrakyat artinya masyarakat bukanlah merupakan obyekpendidikan yaitu melaksanakan kemauan negara atau suatu kelompok semata-mata tetapi parsitipasi yang aktif dari masyarakat, dimana masyarakat mempunyai peran di dalam setiap langkah program pendidikannya. Bersama-sama masyarakat artinya masyarakat di ikut sertakan di dalam program-program pemerintah yang telah mendapatkan persetujuan masyarakat karena lahir dari kebutuhan nyata msayarakat itu sendiri.
b.      Pendidikan didasarkan pada kebudayaan nasional yang bertumpu pada kebudayaan lokal
c.       Proses pendidikan mencangkup proses hominisasi dan proses humanisasi
Didalam proses homonisasi dimaksudkan pengembangn manusia sebagai makhluk hidup. Manusia harus dibesarkan supaya dia dapat berdiri sendiri dan memenuhi kebutuhan hidupnya seperti kebutuhan biologis yang membutuhkan makanan yang bergizi, kebutuhan seks, kebutuhan ekonomis, dan lain sebagainnya.
Proses humanisasi berarti manusia itu bukan hanya sekedar dapat hidup dan makan, akan tetapi, juga bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terhadap kesejahteraan masyarakatnya.
d.      Pendidikan demokrasi
Unsur-unsur dari masyarakat madani ialah: 1. manusia memerlukan kebebasan berpolitik, artinya mereka memerlukan pemerintah dari dan untuk mereka sendiri. 2. Kebebsan intelektual, kebebasan intelektual diperlukan karena suatu masyarakat yang demokratis adalah masyarakat yang menghargai akan kemampuan intelektual para anggotanya, baik untuk kepentingan dirinya sendiri maupun untuk kesejahteraan masyarakat. 3. Kesempatan untuk bersaing berarti setiap anggota masayrakat mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. 4. Kemudian pendidikan yang mengembangkan keatuhan moral kepada kepentingan bersama dan bukan kepada kepentingan kepentingan sendiri atau kelompok. 5. Pendidikan yang mengakui hak untuk berbeda. 6. Percaya kepada kemampuan manusia untuk membina masyarakat yang lebih baik di masa depan.
e.       Kelembagaan pendidikan
f.       Desentralisasi manajemen pendidikan nasional

1 komentar:

  1. saya setuju kalo kebudayaan yang ada di Indonesia ini dikatakan ada pencampuran antara buda lain, karena tidak dipungkuri juga bahwa budaya memang bisa muncul dari asimilasi amupun akulturasi...

    BalasHapus