Rabu, 18 April 2012


Oleh : Pamor Bayu Nuswantoro (09410152)

MERAJUT KEMBALI KEINDONESIAAN KITA
Sultan Hamengku Buwono X

Buku dengan judul yang tidak begitu islami, tetapi banyak nilai-nilai seni dan budaya islam yang terkandung didalam buku ini. Sri Sultan Hamengku Buwonolah yang jadi peran utamanya.
            Berangkat dari kakhawatiran beliau akan budaya budaya konsumerisme, hedonisme, dan banyaknya budaya barat yang masuk ke negri timur yang dianggap tidak cocok, bahkan sangat tidak cocok dengan negara Indonesia yang mayoritas rakyatnya adalah Muslim. Dengan begitu, ajaran wali songo, khususnya diJawa, akan terlebur dengan hadirnya hal-hal diatas yang sangat menjanjikan kenikmatan duniawi. Maka, terciptalah hasil karya yang begitu bagus dan sangat menarik untuk dicermati. Yaitu buku yang berjudul “Merajut Kembali keIndonesiaan Kita”.
            Dalam buku ini, ada beberapa hal penting untuk menjadi acuan kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbudaya. Karena menurutnya, kita sebagai makhluk individu dan social, kita harus mampu menyeimbangkan antara ego dan solidaritas, yang berimplikasi pada jalannya kehidupan kita seperti diatas. Dan menurutnya lagi, “hidup yang sebenarnya, adalah hidup diatas kebebasan, tetapi bukan sembarang kebebasan. Kebebasan berdasarkan kebenaran, kebenaran berlandaskan tatakrama dan agama. Karena kita telah masuk dalam permainan Tuhan, tetapi bukan juga sembarang permainan. Permainan dimana kita sebagai obyek diberi hak untuk menentukan kemungkinan apa yang akan terjadi”. Maksud dari kata-kata itu adalah, bahwa hidup adalah pilihan, termasuk dalam keyakinan dan kepercayaan umat muslim. Buktinya, banyaknya aliran-aliran dalam Islam yang berkembang di Indonesia. Pilihan disini bukan berarti asal memilih, melainkan memilih hal berdasarkan kebenaran, sesuatu dikatakan benar ditinjau dari tata karma dan agama. Jadi budaya barat yang masuk kedalam Indonesia, menurutnya bukanlah kebenaran. Dan manusia hidup didunia merupakan scenario Allah yang telah ditentukan segala sesuatunya. Orang biasa menyebut dengan istilah Takdir. Tetapi, dalam takdir ada dua hal yang berlawanan, yaitu kodo dan kodar. Jadi, takdir adalah bukan sepenuhnya kehendak Allah, namun justru Allahlah yang berperan sedikit disini, bahwa 90% adalah akibat dari kelakuan manusia, dan 10% adalah ketetapan Allah yang tidak bias dirubah. Contohnya, Orang melakukan bunuh diri dengan cara menggantung dirinya dipohon. Hampir bias dipastikan meninggal, tetapi ada kemungkinan kecil untuk hidup. Meninggal 90% (akibat dari perbuatan diri sendiri), kemungkinan kecil 10% (ketetapan Allah).
            Di bab lain, Penulis menerangkan adanya Sentralisasi budaya diIndonesia, dan Beliau pun tidak sependapat dengan program pemerintah itu, karena menurutnya, tidak bias dinegara besar seperti Indonesia mempunyai budaya dan kebiasaan yang sama. Karena latar belakang yang jelas sudah berbeda. Dari sini terlihat, Penulis menginginkan desentralisasi budaya untuk melakukan budayanya dimasing masing daerah dan dimasing masing aliran dalam budaya beribadah. Inti daripada bab ini, adalah mengajak manusia muslim untuk “mengawali relasi dengan diri sendiri, lalu relasi dengan orang lain, relasi dengan lingkungan, dan dilanjutkan relasi terhadap Tuhan”. Mengapa pertama relasi dengan diri sendiri? , karena musuh terbesar adalah diri kita sendiri.
            “Sesungguhnya, berpikir dengan hati, adalah penyelesaian masalah yang jauh lebih cerdas dari apapun juga”.

6 komentar:

  1. waaaahh apiiikk
    pejah gesang nderek sultan laaahh

    BalasHapus
  2. pamor bayu nuswantoro,,,,,,,,,anak yang cukup cerdas,,,,,,

    ya memang begitu adanya,,,,,
    tapi jangan lupa pada keseimbangan,,,,,muhaahha.........

    BalasHapus
  3. analisis yang bagus dari saudara pamor,,

    kalau menurut saudara pamor,, Indonesia seharusnya bagaimana mengingat yg telah diceritakan dalam buku tersebut,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. biarlah indonesia tidak mempunyai budaya.., yang pasti tetap mmpunyai banyak suku yang berbudaya.., karna dari pradaban dan cara berpakaian pun sudah berbeda,,
      coba lihat pojok barat,, "aceh" mereka kental dg pakaian yg islami tanpa aurat yg nongol.. dan lihat pojok timur,,"marauke" disana masih banyak warga yang hanya mengenakan koteka saja...
      dr pradaban,, orang timur juga lebih terbuka(transparan) dan gak berbelit2.
      itulah indonesia,, negri yg unik,, dari metropolis hingga jaman batu pun ada...

      Hapus
  4. MISBACHOL MUNIR (09410258)

    mas pamor apakah buku ini dturunkan hanya untuk mengkritik pemerintah indonesia atau benar hrus seperti itu yang dilakukan pemerintah indonesia????
    hub mendasar isi buku tersebut dengan mata kuliah seni budaya dalam hal apa mas????

    suwun....

    BalasHapus