Sabtu, 14 April 2012

resume buku A Fahrur Rozi (09410144)


Nama               : A Fahrur Rozi
NIM                : 09410144
Judul buku      : Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia
 Pengarang       : Prof, Dr. H.A.R. TILAAR, M.Sc.Ed.
Penerbit           : PT Remaja Rosdakarya
Tempatterbit    : Bandung
Tahunterbit      : 2002

Buku Pendidikan,  Kebudayaan, Dan Masyarakat Madani Indonesia  karangan Prof,  Dr.  H. A. R. TILAAR,  M. Sc. Ed. membahas tentang pendidikan, kebudayaan dan masyarakat madani yang ada di Indonesia. Pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia dan berkebudayaan  dalam membawa manusia dan masyarakat Indonesia yang madani. Selanjutnya di dalam buku ini di bahas pula hakikat pendidikan, hakikat kebudayaan, pendidikan dalam kebudayaan, kebudayaan dalam pendidikan, pendidikan kebudayaan, kebudayaan pendidikan, manusia berpendidikan dan manusia berbudaya, masyarakat madani indonesia, pendidikan untuk masyarakat madani Indonesia dan berbagai lampiran-lampiran referensi.
Banyak definisi yang muncul mengenai apakah hakikat pendidikan, hakekat pendidikan dapat dikategorikan dalam dua pendekatan yaitu pendekatan epistimologis dan pendekatan ontologi, kedua jenis pendekatan ini secara teoritis dapat berbeda dengan melahirkan berbagai aliran dalam filsafat pendikan misalnya idealisme, empirisme, pragmatisme, progresivisme dan sebagainya. Sedngkan hakikat kebudayaan dapat disimpulkan bahwa inti dari setiap kebudayaan adalah manusia, dengan kata lain kebudayaan adalah khas insani. Hanya manusia yang berbudaya dan membudaya. Oleh karena itu pendidikan dan kebudayaan erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkan.
Sangat jelas terlihat  betapa pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan. Peran pendidikan dalam kebudayaan sangat besar, maka dalam perkembangan ilmu pengetahuan telah muntul apa yang dikenal dengan sebagai antropologi pendidikan.
Pembahasan mengenai budaya dan pendidikan sangatlah penting, mengingat di era sekarang pendidikan dan kebudayaan mempunyai arti yang lebih sempit dari pada dahulu. Prndidikan dewasa ini sering diartikan hanya sebagai pembelajaran. Pendidikan dipahami sebagai proses untu mencapai kentelektualan. Padahal makna dari pendidikan  sendiri adalah proses untuk memanusiakan manusia, proses untukmerubah masyarakat menjadi masyarakat yang madani. Kebudayaaan pun bernasip sama seperti halnya pendidikan, kebanyakan orang hanya mendefinisikan budaya sebagai tari-tarian, alat music, kesenian dan lain-lain. Sehingga bbudaya terkesan hanya bergerak dalam bidang estetika atau keindahan. Padahal jika kita lihat kembali makna dari budaya adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Hal inilah yang membuat pendidikan dan budaya harus ada pembahasan yang lebih lanjut.
Hubungan yang sanat erat antara pendidikan dan kebudayaan ini haruslah ada sebuah strategi-strategi khusus. Bukan hanya untuk mentgenalkan budaya pada masyarakat tetapi lebih pada pendidikan yang searah dengan kebudayaan. Sehingga proses pendidikan akan berjalan lebih efektif dan sesuai apa yang diinginkan.
Aspek-aspek dari kebudayaan adalah kebudayaan pendidikan. Oleh karena itu, kebudayaan pendidikan tidak terlepas dari keseluruhan elemen-elemen kebudayaan khususnya filsafat, ilmu pengetahuan, adatistiadat dan cara hidup lainnya. Sebagai aspek dari keseluruhan kebudayaan  maka kebudayaan pendidikan juga mengandung dimensi-dimensi temporal dan spasial.
Ada istilah manusia berpendidikan dan manusia berbudaya. Ada pakar yang menganggap kedua konsep tersebut sama artinya yaitu bahwa manusia yang berpendidikan sama artinya dengan manusia berbudaya. Rumusan itu benar karena lahir dari pengertian bahwa pendidikan adalah aspek dari kebudayaan. Ada sementara pakar termasuk penulis sendiri yang membedakan kedua pengertian tersebut. Manusia berpendidikan diartikan sebagai manusia yang telah berkembang kemampuan intelektualnya karena pendidikan. Seorang yang disebut berbudaya (civilized) adalah seorang yang menguasai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etis dan moral yang hidup didalam kebudayaan tersebut.
Untuk membangunan masyarakat madani ada dua komponen yang berperan yaotu individu sebagai pelaku di dalam masyarakatnya, dan kedua, pranata-pranata sosial yang menampung nilai-nilai budaya yang akan mengatur tercapainya tujuan bersama. Pentingnya masyarakat madani dalam rangka kelangsungan hidup masyarakat, telah menjadi pokok pemikiran para filosof dan negarawan termasuk yang dikaji didalam ilmu politik.
Dalam buku ini menjelaskan tentang bagaimana pentingnya kebudayaan dalam mendukung pendidikan dan sebaliknya bagaimana pendidikan yang mendukung kebudayaan agar dapat mencetak manusia yang berbudaya ataupun berpendidikan. Ketika kedua aspek tersebut berjalan bersama dengan baik dan saling mendukung, maka terciptalah masyarakat madani, masyarakat paripurna, masyarakat ang dicita-citakan Negara ini yaitu Negara Indonesia.
Pendidikan untuk masyarakat madani Indonesia itu tidak ada. Oleh karena pendidikan merupakan bagian yang integral dan kegiatan resiprokal dari masyarakat dan kebudayaannya, maka yang lebih tepat ialah pendidikan dalam masyarakat madani Indonesia. Pendidikan dalam masyarakat madani indonesia tidak lain ialah proses pendidikan yang mengakui akan hak-hak dan kewajiban perorangan didalam masyarakat. Dalam masyarakat yang demokratis, hak-hak dan kewajiban tersebut merupakan batu landasan dari masyarakat. Masyarakat demokratis hanya ada apabila hak-hak dan kewajiban warga negaranya diakui, dikembangkan dan dihormati. Lembaga-lembaga kehidupan (pranata-pranata sosial) berfungsi untuk menghormati dan mengembangkan hak-hak demokrasi tersebut. Proses pendidikan didalam masyarakat demokratis tersebut mengakui adanya identitas masyarakat atau bangsa Indonesia yang berbudaya.

1 komentar:

  1. kok banyak istilah yang saya ga paham ya pak???????? bukankah pendidikan ya ngono kae,,,,,muhahahahaha

    BalasHapus