Rabu, 18 April 2012

TUGAS PENGGANTI KULIAH KELOMPOK 2



Nama Anggota:
  1.      Sabilla Rosydi
  2.      Ridwan Sularjo
  3.      Tyas Akbar Gumilar
  4.      Muhammad Mansur
  5.      Hikmatul Aghnia
  6.      Barid Muntaha
  7.      Aldi
  8.      Diah
  9.      Fajar Nur Hidayat
  10.      Mustahfidhotus S
  11.      Burhan Ali Musiri
  12.      Maherlina
  13.      Laila Nur Wahyuni

ANALISIS PUISI GUSMUS
“Kau Ini Bagaimana Atawa Aku Harus Bagaimana”

Karya sastra puisi adalah satu dari sekian banyak karya satra yang cukup menarik untuk di pelajari. Salah satu judul puisi yang bisa dikatakan melegenda adalah puisi yang berjudul “Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana” karya A. Mustofa Bisri (Gus Mus).  Lirik dari puisi tersebut adalah seperti dibawah ini:
“Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana”
Kau ini bagaimana?
kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kafir
aku harus bagaimana?
kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
kau ini bagaimana?
kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aq plin plan
aku harus bagaimana?
aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimbung kakiku
kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
kau ini bagaimana?
kau suruh aku takwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
aku harus bagaimana?
aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
aku kau suruh berdisiplin, kau mencontohkan yang lain
kau ini bagaimana?
kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara tiap saat
kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
aku harus bagaimana?
aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
kau ini bagaimana?
kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
aku harus bagaimana?
aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
aku kau suruh bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap wallahu a’lam bissawab
kau ini bagaimana?
kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
aku harus bagaimana?
aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu
kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
kau ini bagaimana?
kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
aku harus bagaimana?
kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
kau ini bagaimana?
aku bilang terserah kau, kau tidak mau
aku bilang terserah kita, kau tak suka
aku bilang terserah aku, kau memakiku
kau ini bagaimana?
atau aku harus bagaimana?
1987
Mustofa Bisri (Gus Mus)

Kelompok kami berusaha mengenalisis isi puisi tersebut, yang meliputi:
a.    Diksi
Dalam puisi diatas, penulis benyak menggunakan diksi atau pilihan kata yang berulang ulang, sebagai contoh Kau ini bagaimana? Atau aku harus bagaimana? ” Pada kalimat tersebut sang penulis mencoba mempertanyakan dan mengulang-ulang  kalimat “kau ini bagaimana” dalam sajaknya puisi tersebut terkesan mengkritik dari semua lapisan masyarakat, tokoh masyarakat dan para pejabat.Sebagai contoh kebiasaan di masyarakat ternyata masih kurang dari semua aspek dijelaskan pada sajak  “kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya” pada sajak “aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya” penulis mencoba menggambarkan fakta di masyarakat bahwa para penegak-penegak hukum itu melanggar hukum yang harusnya di tegakkan oleh penegak hukum itu sendiri.
Sajak “ aku kau suru berdisiplin, kau mencontohkan yang lain” penulis mengkritik para tokoh atau pejabat tentang peraturan atau sebuah tata tertip tersebut harus di patuhi, namun pejabat itu sendiri tidak mencontohkan apa yang diomongkan atau yang telah di sampaikan oleh para tokoh atau pejabat itu sendiri. Dan pada sajak “kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah” pemerintah dalam sajak ini sangat jelas dikritik ketika pemerintah menggalakkan ingin menjadikan negara ini pengekspor beras, tetapi disisilain pemerintah dengan secara tidak langsung mengijinkan bangunan-bangunan gedung tinggi yang aslinya menjadi persawahan milik petani disulap menjadi gedung-gedung tinggi. Itulah sebagian contoh sajak dari A. Mustofa Bisri (Gus Mus) yang sangat menekankan untuk mengintropeksi diri supaya lebih baik untuk kemajuan bersama.
b.   Bahasa
Dalam puisi Gus Mus diatas dapat kita lihat, bahwa dalam penggunaan bahasa, Gus Mus mempertimbangkan keindahan sebuah bahasa dengan bahasa kiasan yang nampak pada puisi tersebut. Dalam bahasanya tampak menggunakan majas, seperti majas personifikasi dan metafora.
1.      Majas Personifikasi
Bila di amati puisi karya A. Mustofa bisri (Gus Mus) pada puisinya yang berjudul “bila ku titipkan” terdapat sajak “bila ku titipkan resahku pada angin pastilah angin menyeru badai” penggunaan majas personifikasi diletakkan pada sajaknya membuat hidup alam yang sesungguhnya tak bernyawa dan tak mempunyai pikiran, perasaan untuk menilai pada dasarnya kata titipkan adalah kata yang mempuyai arti memberi atau mempasrahkan sesuatu kepada seseorang tetapi kata menitipkan digabungkan menjadi maksud atau penggabungan dengan kata angin. Pada sajak ini “bila ku titipkan geramku pada laut, pastilah laut menggiring gelombang” geram adalah sebuah perasaan yang lanzimnya terdapat pada perasaan manusia yang kecewa tetapi disini penulis mencoba mengungkapkan kegeraman digabungkan dengan gelombang (alam). Dan sajak “bila ku titipkan dendamku pada gunung, pastilah gunung meluapkan api”  inilah pemakaian personifikasi terdapat kata dendam dengan api penulis menjadikan kata yang berbeda tetapi mempunyai maksud satu tujuan.
2.      Majas Metafora
A. Mustofa Bisri (Gus Mus) dalam karya puisinya yang berjudul “bila kutitipkan” sang penulis mengambarkan kekecewaan terberatnya. Menggambarkan kedukaannya begitu berat sampai dihubungkan dengan bencana alam yang ada disekitarnya,   “pastilah langit memanggil mendung” “pastilah angin menyeru badai” pastilah lsaut menggirimg gelombang” “pastilah gunung meluapkan api”. Penulis menggambarkan begitu berat cobaan yang menimpa pada dirinya. Disini sajak yang dipakai unsur kepuitisan yang kental terasa dalam mengambarkan sebuah kalimat yang tak nyata atau dapat dilihat dengan gambaran visual tetapi penulis berusaha mengabungkan antara pikiran dengan alam.

c.    Citraan
Adanya beberapa istilah dan kegunaan sehubungan dengan citraan ini, yaitu image dan imagery, yang batasan pemakaiannya sebagaimana diuraikan berikut ini. Image adalah impresi yang terbentuk pada imajinasi melalui sebuah kata atau serangkaian kata; seringkali merupakan gambaran angan-angan.
Dalam karya sastra puisi A. Mustofa Bisri “kau ini bagaimana” dan “bila kutipkan” penulis berani menggambarkan apa yang ia lihat (visual). Pengambaran dimasyarakat sebagai contoh “aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya” “kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya” “ aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya” dan “aku kau suruh bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bissawab” bangunan citraan puisi menggambarkan hal-hal yang umum dan kabur (tapi enak didengar). Citraan juga bersifat persepsi dan mewakili sesuatu yang tidak nampak
d.   Makna/ isi kandungan puisi
Isi kandungan puisi diatas adalah mempunyai makna yang dalam.Sajak puisi tersebut memberikan makna sindiran/ atau kritikan dari semua lapisan masyarakat, tokoh masyarakat dan para pejabat. Yang mereka terkadang hanya mengumbar janji, apa yang mereka katakan tidak sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Dalam hal itu dicontohkan dalam bait-bait sindiran yang  bertujuan untuk mengingatkan akan profesinya masing-masing dan bagaimana harus bertindak  sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Mustofa Bisri dalam hal ini, menciptakan sebuah puisi yang mempunyai makna yang dalam, disamping gaya bahasa dan diksi yang baik, dan bermanfaat bagi banyak orang. 


2 komentar:

  1. usaha bagus meski copy sana copy sini...shg puisi yg tdk dianalisis pun di bawa-bawa...btw, yg diminta analisis adl dr aspek fungsi puisi, nilai-nilai yg terkandung di dlmnya dan karakteristiknya. (nur saidah)

    BalasHapus
  2. Oh.. Mustofa Bisri..
    Hakekat dirimu kau tuangkan dalam puisi
    Semua yang kau debat adalah ajaran Nabi
    Tak ku sangka kau begitu berani
    Ajaran Nabi kau tertawakan hi hi hi

    Oh.. Mustofa Bisri..
    Ketika dulu aku masih kuliah
    Aku selalu datang dimanapun kau ceramah
    Aku selalu menyimak perkataanmu yang penuh petuah
    Aku semakin yakin kau wali penuh karomah

    Oh.. Mustofa Bisri..
    Kini aku terperanjat dan nelangsa
    membaca pusimu berjudul "lalu aku harus bagaimana..??"
    Kini kekagumanku padamu berangsur sirna
    Mustofa Bisri yang dulu dan sekarang sudah berbeda

    Oh.. Mustofa Bisri..
    Seluruh Putra-Putri Nabi meninggal tidak di SELAMATI
    Tapi malah kau debat dalam bentuk puisi
    Membaca puisimu aku sangat ngeri
    Ada apa denganmu Oh.. Mustofa Bisri

    Ketika Nabi wafat tidak di SELAMATI
    Tapi malah kau debat dalam bentuk puisi
    Membaca puisimu aku sangat ngeri
    Ada apa denganmu Oh.. Mustofa Bisri

    Tak satupun sahabat yg gugur dan meninggal di SELAMATI
    Tapi malah kau debat dalam bentuk puisi
    Membaca puisimu aku sangat ngeri
    Ada apa denganmu Oh.. Mustofa Bisri

    Apakah kira-kira Nabi tidak mengerti..??
    Putra-Putrinya meninggal tidak diselamati..??
    Padahal beliau adalah seorang Nabi
    Apa pendapatmu Oh.. Mustofa Bisri..

    Apakah kira-kira Nabi tidak mengerti..??
    Ada amalan mulia yaitu "SELAMAN dan KENDURI"
    Padahal beliau adalah seorang Nabi
    Apa pendapatmu Oh.. Mustofa Bisri..

    Kau debat jenggot dan celana cingkrang..
    Padahal itu Sunnah Nabi yang sangat terang
    Seolah kau anggap kami yang mengarang..
    Ada apa denganmu wahai Budayawan yang sudah malang melintang

    Oh.. Mustofa Bisri..
    Kau dahulu adalah IDOLA ku
    Kini sikap dan tulisanmu membuatku pilu
    Tarik lah semua puisi yang melecehkan Nabi mu dan Nabi ku
    Semoga Alloh memberi hidayah padamu..

    ==dibuat oleh Dua Sahabat==
    pengagum Gus Mus yang dulu
    bukan gus mus yang sekarang

    BalasHapus