Nama Anggota:
- Sabilla Rosydi
- Ridwan Sularjo
- Tyas Akbar Gumilar
- Muhammad Mansur
- Hikmatul Aghnia
- Barid Muntaha
- Aldi
- Diah
- Fajar Nur Hidayat
- Mustahfidhotus S
- Burhan Ali Musiri
- Maherlina
- Laila Nur Wahyuni
ANALISIS PUISI
GUSMUS
“Kau Ini Bagaimana Atawa Aku
Harus Bagaimana”
Karya sastra puisi adalah satu dari sekian banyak karya
satra yang cukup menarik untuk di pelajari. Salah satu judul puisi yang bisa
dikatakan melegenda adalah puisi yang berjudul “Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana” karya A.
Mustofa Bisri (Gus Mus). Lirik dari
puisi tersebut adalah seperti dibawah ini:
“Kau Ini
Bagaimana Atau Aku
Harus Bagaimana”
Kau ini bagaimana?
kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kafir
kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kafir
aku harus
bagaimana?
kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
kau ini
bagaimana?
kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aq plin plan
kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aq plin plan
aku harus
bagaimana?
aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimbung kakiku
kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimbung kakiku
kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
kau ini
bagaimana?
kau suruh aku takwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
kau suruh aku takwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
aku harus
bagaimana?
aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
aku kau suruh berdisiplin, kau mencontohkan yang lain
aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
aku kau suruh berdisiplin, kau mencontohkan yang lain
kau ini
bagaimana?
kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara tiap saat
kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara tiap saat
kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
aku harus
bagaimana?
aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
kau ini
bagaimana?
kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
aku harus
bagaimana?
aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
aku kau suruh bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap wallahu a’lam bissawab
aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
aku kau suruh bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap wallahu a’lam bissawab
kau ini
bagaimana?
kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
aku harus
bagaimana?
aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu
kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu
kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
kau ini
bagaimana?
kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
aku harus
bagaimana?
kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
kau ini
bagaimana?
aku bilang terserah kau, kau tidak mau
aku bilang terserah kita, kau tak suka
aku bilang terserah aku, kau memakiku
aku bilang terserah kau, kau tidak mau
aku bilang terserah kita, kau tak suka
aku bilang terserah aku, kau memakiku
kau ini
bagaimana?
atau aku harus bagaimana?
atau aku harus bagaimana?
1987
Mustofa Bisri (Gus Mus)
Mustofa Bisri (Gus Mus)
Kelompok kami berusaha mengenalisis isi puisi tersebut,
yang meliputi:
a.
Diksi
Dalam puisi
diatas, penulis benyak menggunakan diksi atau pilihan kata yang berulang ulang,
sebagai contoh Kau
ini bagaimana? Atau aku harus
bagaimana? ” Pada kalimat
tersebut sang penulis mencoba mempertanyakan dan mengulang-ulang kalimat “kau
ini bagaimana” dalam sajaknya puisi tersebut terkesan mengkritik dari semua
lapisan masyarakat, tokoh masyarakat dan para pejabat.Sebagai contoh kebiasaan
di masyarakat ternyata masih kurang dari semua aspek dijelaskan pada
sajak “kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya”
pada sajak “aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu
menyepelekannya” penulis mencoba menggambarkan fakta di masyarakat bahwa
para penegak-penegak hukum itu melanggar hukum yang harusnya di tegakkan oleh
penegak hukum itu sendiri.
Sajak “ aku
kau suru berdisiplin, kau mencontohkan yang lain” penulis mengkritik para
tokoh atau pejabat tentang peraturan atau sebuah tata tertip tersebut harus di
patuhi, namun pejabat itu sendiri tidak mencontohkan apa yang diomongkan atau
yang telah di sampaikan oleh para tokoh atau pejabat itu sendiri. Dan pada
sajak “kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah”
pemerintah dalam sajak ini sangat jelas dikritik ketika pemerintah menggalakkan
ingin menjadikan negara ini pengekspor beras, tetapi disisilain pemerintah
dengan secara tidak langsung mengijinkan bangunan-bangunan gedung tinggi yang
aslinya menjadi persawahan milik petani disulap menjadi gedung-gedung tinggi.
Itulah sebagian contoh sajak dari A. Mustofa Bisri (Gus Mus) yang sangat
menekankan untuk mengintropeksi diri supaya lebih baik untuk kemajuan bersama.
b.
Bahasa
Dalam puisi Gus
Mus diatas dapat kita lihat, bahwa dalam penggunaan bahasa, Gus Mus
mempertimbangkan keindahan sebuah bahasa dengan bahasa kiasan yang nampak pada
puisi tersebut. Dalam bahasanya tampak menggunakan majas, seperti majas
personifikasi dan metafora.
1.
Majas
Personifikasi
Bila di amati
puisi karya A. Mustofa bisri (Gus Mus) pada puisinya yang berjudul “bila ku
titipkan” terdapat sajak “bila ku titipkan resahku pada angin pastilah angin
menyeru badai” penggunaan majas personifikasi diletakkan pada sajaknya membuat
hidup alam yang sesungguhnya tak bernyawa dan tak mempunyai pikiran, perasaan
untuk menilai pada dasarnya kata titipkan adalah kata yang mempuyai arti
memberi atau mempasrahkan sesuatu kepada seseorang tetapi kata menitipkan
digabungkan menjadi maksud atau penggabungan dengan kata angin. Pada sajak ini
“bila ku titipkan geramku pada laut, pastilah laut menggiring gelombang” geram
adalah sebuah perasaan yang lanzimnya terdapat pada perasaan manusia yang
kecewa tetapi disini penulis mencoba mengungkapkan kegeraman digabungkan dengan
gelombang (alam). Dan sajak “bila ku titipkan dendamku pada gunung, pastilah
gunung meluapkan api” inilah pemakaian personifikasi terdapat kata dendam
dengan api penulis menjadikan kata yang berbeda tetapi mempunyai maksud satu
tujuan.
2.
Majas Metafora
A. Mustofa
Bisri (Gus Mus) dalam karya puisinya yang berjudul “bila kutitipkan” sang
penulis mengambarkan kekecewaan terberatnya. Menggambarkan kedukaannya begitu
berat sampai dihubungkan dengan bencana alam yang ada disekitarnya,
“pastilah langit memanggil mendung” “pastilah angin menyeru badai”
pastilah lsaut menggirimg gelombang” “pastilah gunung meluapkan api”. Penulis
menggambarkan begitu berat cobaan yang menimpa pada dirinya. Disini sajak yang
dipakai unsur kepuitisan yang kental terasa dalam mengambarkan sebuah kalimat
yang tak nyata atau dapat dilihat dengan gambaran visual tetapi penulis
berusaha mengabungkan antara pikiran dengan alam.
c.
Citraan
Adanya beberapa
istilah dan kegunaan sehubungan dengan citraan ini, yaitu image dan imagery,
yang batasan pemakaiannya sebagaimana diuraikan berikut ini. Image adalah
impresi yang terbentuk pada imajinasi melalui sebuah kata atau serangkaian
kata; seringkali merupakan gambaran angan-angan.
Dalam karya
sastra puisi A. Mustofa Bisri “kau ini bagaimana” dan “bila kutipkan” penulis
berani menggambarkan apa yang ia lihat (visual). Pengambaran dimasyarakat
sebagai contoh “aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu
menyepelekannya” “kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya” “ aku
kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya” dan “aku kau suruh
bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bissawab” bangunan
citraan puisi menggambarkan hal-hal yang umum dan kabur (tapi enak didengar).
Citraan juga bersifat persepsi dan mewakili sesuatu yang tidak nampak
d.
Makna/ isi
kandungan puisi
Isi kandungan
puisi diatas adalah mempunyai makna yang dalam.Sajak puisi tersebut memberikan
makna sindiran/ atau kritikan dari semua lapisan masyarakat, tokoh masyarakat
dan para pejabat. Yang mereka terkadang hanya mengumbar janji, apa yang mereka
katakan tidak sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Dalam hal itu dicontohkan
dalam bait-bait sindiran yang bertujuan
untuk mengingatkan akan profesinya masing-masing dan bagaimana harus
bertindak sesuai dengan kedudukannya
masing-masing. Mustofa Bisri dalam hal ini, menciptakan sebuah puisi yang
mempunyai makna yang dalam, disamping gaya bahasa dan diksi yang baik, dan
bermanfaat bagi banyak orang.
usaha bagus meski copy sana copy sini...shg puisi yg tdk dianalisis pun di bawa-bawa...btw, yg diminta analisis adl dr aspek fungsi puisi, nilai-nilai yg terkandung di dlmnya dan karakteristiknya. (nur saidah)
BalasHapusOh.. Mustofa Bisri..
BalasHapusHakekat dirimu kau tuangkan dalam puisi
Semua yang kau debat adalah ajaran Nabi
Tak ku sangka kau begitu berani
Ajaran Nabi kau tertawakan hi hi hi
Oh.. Mustofa Bisri..
Ketika dulu aku masih kuliah
Aku selalu datang dimanapun kau ceramah
Aku selalu menyimak perkataanmu yang penuh petuah
Aku semakin yakin kau wali penuh karomah
Oh.. Mustofa Bisri..
Kini aku terperanjat dan nelangsa
membaca pusimu berjudul "lalu aku harus bagaimana..??"
Kini kekagumanku padamu berangsur sirna
Mustofa Bisri yang dulu dan sekarang sudah berbeda
Oh.. Mustofa Bisri..
Seluruh Putra-Putri Nabi meninggal tidak di SELAMATI
Tapi malah kau debat dalam bentuk puisi
Membaca puisimu aku sangat ngeri
Ada apa denganmu Oh.. Mustofa Bisri
Ketika Nabi wafat tidak di SELAMATI
Tapi malah kau debat dalam bentuk puisi
Membaca puisimu aku sangat ngeri
Ada apa denganmu Oh.. Mustofa Bisri
Tak satupun sahabat yg gugur dan meninggal di SELAMATI
Tapi malah kau debat dalam bentuk puisi
Membaca puisimu aku sangat ngeri
Ada apa denganmu Oh.. Mustofa Bisri
Apakah kira-kira Nabi tidak mengerti..??
Putra-Putrinya meninggal tidak diselamati..??
Padahal beliau adalah seorang Nabi
Apa pendapatmu Oh.. Mustofa Bisri..
Apakah kira-kira Nabi tidak mengerti..??
Ada amalan mulia yaitu "SELAMAN dan KENDURI"
Padahal beliau adalah seorang Nabi
Apa pendapatmu Oh.. Mustofa Bisri..
Kau debat jenggot dan celana cingkrang..
Padahal itu Sunnah Nabi yang sangat terang
Seolah kau anggap kami yang mengarang..
Ada apa denganmu wahai Budayawan yang sudah malang melintang
Oh.. Mustofa Bisri..
Kau dahulu adalah IDOLA ku
Kini sikap dan tulisanmu membuatku pilu
Tarik lah semua puisi yang melecehkan Nabi mu dan Nabi ku
Semoga Alloh memberi hidayah padamu..
==dibuat oleh Dua Sahabat==
pengagum Gus Mus yang dulu
bukan gus mus yang sekarang