Kamis, 05 April 2012

RESENSI BUKU

Oleh :
Latifatunnisak (09410227)
PAI-B
Judul Buku             : Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia
  (Strategi Reformasi   Pendidikan Nasional)
Penulis                   : Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M. Sc. Ed.
Penerbit                : PT Remaja Rosdakarya
Kota Terbit           : Bandung
Tahun Terbit         : 2000
Tebal Buku             : xi+252

Dalam buku yang berjudul Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia (Strategi Reformasi Pendidikan Nasional) ini terdapat Sembilan bab yang secara garis besar membahas menganai keterkaitan hubungan antara pendidikan dan kebudayaan untuk menciptakan suatu masyarakat yang madani di Indonesia.
Buku ini mengulas mengenai proses pendidikan sebagai pemanusiaan manusia berbudaya Indonesia yang berakar pada kebudayaan bangsa dalam membawa manusia dan masyarakat Indonesia ke dalam suatu masyarakat madani Indonesia yang mulai memasuki pergaulan bangsa-bangsa di dunia terbuka. Selain itu dibahas juga mengenai hakikat pendidikan, hakikat kebudayaan, berbagai kaitan antara pendidikan dan kebudayaan serta berbagai teori dan persepsi mengenai hubungan antara proses pendidikan dan kebudayaan.
Proses pendidikan ini berimplikasi bahwa proses pendidikan terjadi dalam interaksi antar-manusia dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. Interaksi tersebut terjadi di dalam lingkungan alam yang perlu dilestarikan serta lingkungan social yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang beradab. Proses pembudayaan atau proses pemanusiaan tersebut harus memperhatikan tuntutan intergenerasi yaitu faktor-faktor pelestarian ekologis, budaya dan kependudukan. Kemudian proses pemanusiaan itu merupakan suatu proses interkultural yang meliputi budaya lokal, nasional, dan internasional (global) menuju kepada terciptanya suatu masyarakat madani global yang bertumpu dari masyarakat Indonesia yang mempunyai cirinya yang khas yaitu kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam.
Hakikat mengenai pendidikan dan kebudayaan dalam buku ini di bahas pada bab 1 dan 2. Dikatakan bahwa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan. Proses pendidikan adalah proses pembudayaan dan sebaliknya bahwa proses pembudayaan adalah proses pendidikan. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibisaakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sangat pentingnya pendidikan dalam kebudayaan begitu pula sebaliknya. Kebudayaan pada hakikatnya berisi nilai-nilai dan hasil karya masyarakat yang mempunyai kebudayaan tersebut. Nilai-nilai di dalam masyarakat tersebut ditransformasikan melalui proses pendidikan. Kemudian pada bab selanjutnya dijelaskan bahwa proses pendidikan tidak lebih dari proses transmisi kebudayaan. Kebudayaan merupakan dasar dari praksis pendidikan, maka bukan seluruh proses pendidikan berjiwakan kebudayaan nasional, tetapi juga seluruh unsur kebudayaan harus diperkenalkan dalam proses pendidikan. Hal ini berarti kesenian, budi pekerti, sastra juga pendidikan jasmani. Kemudian pendidikan nasional harus dilandasi oleh kebudayaan nasional. Keterkaitan yang erat antara pendidikan dan kebudayaan nasional karena bukan saja untuk menentukan bahwa pendidikan nasional berdasarkan kebudayaan nasional , tetapi juga kebudayaan nasional perlu diwujudkan atau dikembangkan melalui pendidikan nasional.
Dalam mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia, Soerjanto Poespowardojo memberikan beberapa strategi dengan berbagai asas, antara lain: asas kesatuan bangsa, asas ketahanan dan kelangsungan hidup bangsa, asas kemerdekaan bangsa, asa kesejahteraan, asas pengembangan akal budi, asas kreativitas, asas keterbukaan, asas ketuhanan, serta asas-asas lain yang diharuskan menjiwai dalam penyusunan kurikulum baik nasional maupun lokal dan lebih penting lagi menjadikannya sebagai budaya lembaga pendidikan formal, nonformal dan informal. Praksis pendidikan di semua lembaga pendidikan ialah mengembangkan manusia Indonesia yang bermoral dalam tingkah laku yang bersumber dari kebudayaan nasional serta iman serta takwanya kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupannya sehari-hari.
Akibat dari gelombang demokratisasi, mulailah timbul kesadaran yang semakin meningkat terhadap hak-hak manusia dan tanggung jawab manusia dalam membangun masyarakatnya sendiri. Seperti yang yang telah diuraikan dalam buku ini, bahwa tujuan era reformasi adalah membina suatu masyarakat Indonesia baru untuk mewujudkan cita-cita Proklamasi 1945 yaitu membangun masyarakat Indonesia yang demokratis. Masyarakat Indonesia yang demokratis atau masyarakat madani Indonesia merupakan visi dari gerakan reformasi dan juga visi dari reformasi sistem pendidikan nasional. Di Indonesian terdapat beberapa ciri utama dari masyarakat madani, yaitu:
1.  Kesukarelaan, artinya suatu masyarakat madani bukan merupakan paksaan. Keanggotaan masyarakat madani adalah dari pribadi yang bebas, yang secara sukarela membentuk suatu kehidupan bersama karena memiliki komitmen dan cita-cita yang sama.
2.  Keswasembadaan, yaitu komitmen untuk berdiri sendiri, tidak menggantungkan kehidupannya kepada orang lain atau lembaga dan organisasi lain. Setiap anggota mempunyai harga diri dan kepercayaan diri yang tinggi, sehingga dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan terhadap masyarakatnya.
3.  Kemandirian tinggi terhadap Negara, bagi mereka Negara adalah kesepakatan bersama, sehingga tanggung jawab yang lahir dari kesepakatan tersebut juga tuntutan dan tanggung jawab dari masing-masing anggota. Inilah Negara yang berkedaulatan rakyat.
4.    Keterkaitan pada nilai-nilai hokum yang disepakati bersama, yaitu suatu masyarakat madani adalah masyarakat yang berdasarkan hokum, bukan Negara kekuasaan.
Prof. H. A. Tilaar, sebagai seorang pakar pendidikan, melihat proses pendidikan sebagai proses pembudayaan yang terjadi dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. Selain itu, ia juga menguraikan bagaimana pendidikan dapat membentuk masyarakat madani Indonesia dan bagaimana pendidikan nasional dapat menghadapi tantangan-tantangan kehidupan global.
Kelebihan dari buku ini adalah bahwa buku ini sangat bermanfaat bagi para pakar pendidikan dan pakar kebudayaan, para politikus serta para legislatif dalam usaha mereformasi pendidikan nasional karena penjelasannya yang sudah sangat gamblang juga dilengkapi dengan lampiran-lampiran sebagai penunjangnya. Selain itu, buku ini juga menggunakan referensi yang cukup banyak, bahkan menurut saya sangat banyak.
Sedangkan kekurangan buku ini yang bisa saya tangkap yaitu, masih banyak kata-kata yang kurang bisa dipahami. Terdapat beberapa bahasa yang tidak sesuai dengan EYD sehingga kurang pas untuk digunakan dalam sebuah kalimat.

1 komentar:

  1. kalo dari mb Latifatun sendri apakah sekarang Indonesia masih relevan jika dikatakan masyarakatnya madani? dengan perkembangan globalisasi yang luar biasa sekarang ini apakah ciri2 itu masih tergenggam kuat di masyarakat?

    BalasHapus