KELOMPOK IV
- ALDILA S
- DIAH KUMALA
- FAJAR NUR H
- MUSTAFIDATUS S
- BURHAN A
- MAHERLINA M. A
TUGAS PERTAMA
7 unsur kebudayaan masyarakat
Yogyakarta
- Dalam bidang kesenian
Kesenian dalam kebudayaan Jawa itu sangat beraneka
ragam, salah satunya wayang kulit. Wayang kulit itu memainkan peran penting
dalam kebudayaan dan masyarakat Jawa melalui menunjukkan kekuatan maupun
kelemahan moral dan menitikberatkan pengajaran etika dan cara hidup benar
kepada para penontonnya maka saya percaya kesenian ini memainkan peran khusus
membentuk intisari interaksi masyarakat Jawa. Namun saat ini, kesenian wayang
kulit telah banyak dtinggalkan oleh masyarakatnya dan berganti menjadi kesenian
yang lebih modern.
- Dalam bidang Religi
Dalam bidang religi ini, masyarakat Yogyakarta
mayoritas beragama Islam. Namun, ada juga kepercayaan dan adat-istiadat
setempat seperti yang terkandung dalam ilmu kejawen yang berasal kecampuran
kepercayaan animisme dan tradisi-tradisi islam. Mayoritas masyarakat percaya
bahwa ilmu kejawen itu masih sangat aktif dan dituruti sejumlah besar
orang-orang di Yogyakarta dalam tradisi-tradisi seperti slametan; satu upacara
yang terpaut dengan kelahiran, pernikahan dan kematian dimana hadirin berkumpul
untuk makan dan memanjatkan doa pada Tuhan atau roh-roh. Tradisi-tradisi ini
masih sering ditayangkan pada acara televisi jadi dengan pasti merupakan
tradisi kebudayaan di Yogyakarta yang berjalan, walaupun karena perkumpulan ini
sekeluarga atau sekelompok desa/dusun berarti sulit diketahui sewaktu
berlangsung.
- Dalam bidang mata pencaharian
Masyarakat Yogyakarta mayoritas mempunyai mata
pencaharian sebagai petani. Ini dikarenakan tersedianya lahan pertanian
diwilayah Yogyakarta. Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat Yogyakarta
mempunyai mata pencaharian yang bermacam- macam, misalnya pedagang, pebisnis,
pegawai negri, dan lain- lain.
- Dalam bidang peralatan hidup
Masyarakat Yogyakarta zaman dahulu menggunakan
pawon. Pawon adalah alat untuk memasak yang terbuat dari batu bata tersusun
yang bahan bakarnya menggunakan kayu. Selain itu, dahulu masyarakat di daerah
ini menggunakan peralatan makan yang terbuat dari perak, misalnya sendok,
gelas, dan piring. Namun seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat
Yogyakarta sudah menggunakan peralatan yang lebih modern walaupun tidak
meninggalkan peralatan hidup zaman dahulu.
- Dalam bidang organisasi sosial
Organisasi sosial antara masyarakat Jawa di
Yogyakarta itu (seperti di tempat-tempat lain di Jawa) adalah gotong royong dan
musyarawah. Di desa-desa di sekitar Yogyakarta masih ada sistem gotong royong
ini yang kental, mungkin karena kekurangan pendirian modern dan juga karena
masyarakat-masyarakat yang berhubungan erat. Namun, di desa-desa ini juga ada
perubahan yang sedang terjadi yakni ada orang-orang yang lebih bercenderung membayar
tukang kalau ada sesuatu yang harus dilakukan daripada meminta bantuan dari
masyarakat itu.
- Dalam bidang pengetahuan
Sesuai dengan julukan kota Yogyakarta sebagai “Kota
Pelajar”, tingkat pengetahuan masyarakat di Kota Yogyakarta relative tinggi. Hal
ini dibuktikan dengan banyaknya siswa maupun mahasiswa dari luar Yogyakarta yang
menuntut ilmu di Yogyakarta. Di samping itu, di Yogyakarta banyak sekolah-
sekolah maupun perguruan- perguruan tinggi di Yogyakarta yang berkualitas.
- Dalam bidang bahasa
Bahasa Jawa yang merupakan bahasa ibu bagi mayoritas
masyarakat Jawa yang tinggal di Yogyakarta. Bahasa Jawa itu terdiri atas
beberapa tingkat-tingkat tutur kata berbeda yang digunakan sesuai dengan
pangkat atau posisi seseorang supaya menyampaikan rasa hormat kepada mereka
sewaktu disapa sehingga rasa harmonis dilestarikan antara semua anggota
masyarakat Jawa. Kedua tingkat tutur utama yang dipakai masyarakat Jawa di
Yogyakarta adalah tingkat krama dan ngoko. Bahasa Jawa krama itu dipakai dalam
situasi formal atau kalau dua orang asing bertemu yang ingin saling
menyampaikan rasa hormat tetapi bahasa Jawa ngoko itu lebih kasar dan dianggap
tidak formal dan cocok dipakai antar teman.
PENGERTIAN SENI BUDAYA ISLAM
MENURUT M. QURAISY SHIHAB DAN SAYYED HOSEN NASR
Menurut M. Quraish
Shihab, Seni Budaya Islam diartikan
sebagai Ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan Islam tentang
alam, hidup dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara
kebenaran dan keindahan (sesuai cetusan fitrah).
Sedangkan, seni
budaya dalam pandangan Sayyed Hosen Nasr diartikan sebagai keahlian mengekspresikan ide dan pemikiran estetika dalam penciptaan
benda, suasana atau karya yang mampu menimbulkan rasa indah dengan berdasar dan
merujuk pada al-Qur`an dan Hadits.
Dari kedua defiisi
diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1.
Kelebihan
pandangan M. Quraish Shihab terhadap pengertian seni budaya dalam Islam adalah
beliau menjabarkan teori tersebut secara runtut dan sistematis, sehingga teori
tersebut dapat diterima nalar karena konsep alam, hidup dan manusia itu benar-
benar wujud dari kesempurnaan penciptaan Allah yang sangat indah. Sedangkan
kekurangannya adalah beliau tidak menunjukkan secara spesifik keindahan dari alam,
hidup dan manusia seperti apa.
2.
Kelebihan
pandangan Seyyed Hosen Nasr terhadap pengertian seni budaya dalam Islam adalah
beliau lebih menitikberatkan penciptaan suatu karya yang indah itu berdasarkan
tuntunan al-Qur`an dan Hadits, sehingga para seniman dalam menciptakan karyanya,
tidak menyimpang dari al-Qur`an dan Hadits. Sedangkan kekurangannya adalah
beliau mendefinisikan seni budaya islam secara sempit, yaitu hanya meliputi
karya seni yang diciptakan oleh manusia semata. Berbeda dengan M. Quraish
Shihab yang menyatakan seni budaya Islam meliputi keindahan dari alam, hidup
dan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar