Kamis, 01 Maret 2012



KELOMPOK IV
  1. ALDILA S
  2. DIAH KUMALA
  3. FAJAR NUR H
  4. MUSTAFIDATUS S
  5. BURHAN A
  6. MAHERLINA M. A
TUGAS PERTAMA
7 unsur kebudayaan masyarakat Yogyakarta
  1. Dalam bidang kesenian
Kesenian dalam kebudayaan Jawa itu sangat beraneka ragam, salah satunya wayang kulit. Wayang kulit itu memainkan peran penting dalam kebudayaan dan masyarakat Jawa melalui menunjukkan kekuatan maupun kelemahan moral dan menitikberatkan pengajaran etika dan cara hidup benar kepada para penontonnya maka saya percaya kesenian ini memainkan peran khusus membentuk intisari interaksi masyarakat Jawa. Namun saat ini, kesenian wayang kulit telah banyak dtinggalkan oleh masyarakatnya dan berganti menjadi kesenian yang lebih modern.
  1. Dalam bidang Religi
Dalam bidang religi ini, masyarakat Yogyakarta mayoritas beragama Islam. Namun, ada juga kepercayaan dan adat-istiadat setempat seperti yang terkandung dalam ilmu kejawen yang berasal kecampuran kepercayaan animisme dan tradisi-tradisi islam. Mayoritas masyarakat percaya bahwa ilmu kejawen itu masih sangat aktif dan dituruti sejumlah besar orang-orang di Yogyakarta dalam tradisi-tradisi seperti slametan; satu upacara yang terpaut dengan kelahiran, pernikahan dan kematian dimana hadirin berkumpul untuk makan dan memanjatkan doa pada Tuhan atau roh-roh. Tradisi-tradisi ini masih sering ditayangkan pada acara televisi jadi dengan pasti merupakan tradisi kebudayaan di Yogyakarta yang berjalan, walaupun karena perkumpulan ini sekeluarga atau sekelompok desa/dusun berarti sulit diketahui sewaktu berlangsung.
  1. Dalam bidang mata pencaharian
Masyarakat Yogyakarta mayoritas mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Ini dikarenakan tersedianya lahan pertanian diwilayah Yogyakarta. Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat Yogyakarta mempunyai mata pencaharian yang bermacam- macam, misalnya pedagang, pebisnis, pegawai negri, dan lain- lain.
  1. Dalam bidang peralatan hidup
Masyarakat Yogyakarta zaman dahulu menggunakan pawon. Pawon adalah alat untuk memasak yang terbuat dari batu bata tersusun yang bahan bakarnya menggunakan kayu. Selain itu, dahulu masyarakat di daerah ini menggunakan peralatan makan yang terbuat dari perak, misalnya sendok, gelas, dan piring. Namun seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat Yogyakarta sudah menggunakan peralatan yang lebih modern walaupun tidak meninggalkan peralatan hidup zaman dahulu.
  1. Dalam bidang organisasi sosial
Organisasi sosial antara masyarakat Jawa di Yogyakarta itu (seperti di tempat-tempat lain di Jawa) adalah gotong royong dan musyarawah. Di desa-desa di sekitar Yogyakarta masih ada sistem gotong royong ini yang kental, mungkin karena kekurangan pendirian modern dan juga karena masyarakat-masyarakat yang berhubungan erat. Namun, di desa-desa ini juga ada perubahan yang sedang terjadi yakni ada orang-orang yang lebih bercenderung membayar tukang kalau ada sesuatu yang harus dilakukan daripada meminta bantuan dari masyarakat itu.
  1. Dalam bidang pengetahuan
Sesuai dengan julukan kota Yogyakarta sebagai “Kota Pelajar”, tingkat pengetahuan masyarakat di Kota Yogyakarta relative tinggi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa maupun mahasiswa dari luar Yogyakarta yang menuntut ilmu di Yogyakarta. Di samping itu, di Yogyakarta banyak sekolah- sekolah maupun perguruan- perguruan tinggi di Yogyakarta yang berkualitas.
  1. Dalam bidang bahasa
Bahasa Jawa yang merupakan bahasa ibu bagi mayoritas masyarakat Jawa yang tinggal di Yogyakarta. Bahasa Jawa itu terdiri atas beberapa tingkat-tingkat tutur kata berbeda yang digunakan sesuai dengan pangkat atau posisi seseorang supaya menyampaikan rasa hormat kepada mereka sewaktu disapa sehingga rasa harmonis dilestarikan antara semua anggota masyarakat Jawa. Kedua tingkat tutur utama yang dipakai masyarakat Jawa di Yogyakarta adalah tingkat krama dan ngoko. Bahasa Jawa krama itu dipakai dalam situasi formal atau kalau dua orang asing bertemu yang ingin saling menyampaikan rasa hormat tetapi bahasa Jawa ngoko itu lebih kasar dan dianggap tidak formal dan cocok dipakai antar teman.
PENGERTIAN SENI BUDAYA ISLAM MENURUT M. QURAISY SHIHAB DAN SAYYED HOSEN NASR
Menurut M. Quraish Shihab, Seni Budaya Islam diartikan sebagai Ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan Islam tentang alam, hidup dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan (sesuai cetusan fitrah).
Sedangkan, seni budaya dalam pandangan Sayyed Hosen Nasr diartikan sebagai keahlian mengekspresikan ide dan pemikiran estetika dalam penciptaan benda, suasana atau karya yang mampu menimbulkan rasa indah dengan berdasar dan merujuk pada al-Qur`an dan Hadits.
Dari kedua defiisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1.      Kelebihan pandangan M. Quraish Shihab terhadap pengertian seni budaya dalam Islam adalah beliau menjabarkan teori tersebut secara runtut dan sistematis, sehingga teori tersebut dapat diterima nalar karena konsep alam, hidup dan manusia itu benar- benar wujud dari kesempurnaan penciptaan Allah yang sangat indah. Sedangkan kekurangannya adalah beliau tidak menunjukkan secara spesifik keindahan dari alam, hidup dan manusia seperti apa.
2.      Kelebihan pandangan Seyyed Hosen Nasr terhadap pengertian seni budaya dalam Islam adalah beliau lebih menitikberatkan penciptaan suatu karya yang indah itu berdasarkan tuntunan al-Qur`an dan Hadits, sehingga para seniman dalam menciptakan karyanya, tidak menyimpang dari al-Qur`an dan Hadits. Sedangkan kekurangannya adalah beliau mendefinisikan seni budaya islam secara sempit, yaitu hanya meliputi karya seni yang diciptakan oleh manusia semata. Berbeda dengan M. Quraish Shihab yang menyatakan seni budaya Islam meliputi keindahan dari alam, hidup dan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar