Kamis, 29 Maret 2012

Review Buku " Kritik Seni Wacana Apresiasi dan Kreasi"


Nama                           : Ridwan Sularjo
NIM/Kelas                  : 09410096 / B
Mata Kuliah                : Pengembangan Budaya dan Seni Dalam Islam
Dosen Pengampu        : Nur Saidah, S.Ag

Kritik Seni Wacana Apresiasi dan Kreasi
Karya Dr. Nooryan Bahari, M. Sn.
Kritik seni dalam bahasa Indonesia juga disebut dengan istilah “ulas seni”, “kupas seni”, “bahas seni”, atau “bincang seni”. Semua ini dikarenakan ada istilah “kritik” yang semua orang beranggapan bahwa kata “kritik” itu merupakan kata yang berkonotasi negative, seperti ketika orang melakukan kritik kepada orang lain. Pasti maksud yang diutarakan orang tersebut berkonotasi negative (menghujat, mengecam, mencela, dll), intinya anggapan orang tentang kritik itu selalu negative. Tetapi dalam seni kata “kritik” itu merupakan suatu kegiatan yang membangun, yaitu mengevaluasi dan mengevaluasi karya seni. Kritik seni betujuan menghantarkan kita untuk memahami apa yang melatar belakangi suatu karya seni dihasilkan, serta memahami pesan apa yang ingin disampaikan oleh pembuatnya.
Dalam memahami ini, dilakukan dengan dua pendekatan, yatu pendekatan intraestetik dan ekstraestetik. Pendekatan intraestetik  yaitu factor yang semata-mata memandang nilai estetik yang terkandung dalam bentuk fisik karya seni (unsure struktur, bentuk, dan lainya) dengan criteria yang ditetapkan secara universal oleh para ahli seni. Dalam pendekatan intraestetik dilakukan dengan memandang objek utama atau karakteristik materialnya. Seghingga masalah kecakapan dalam mengolah bentk dan keterampilan teknis dari pembuat karya seni menjadi perhatian yang utama. Selanjutnya, pendekatan ekstraestetik yaitu factor-faktor yang berada diluar bentuk fisik karya seni, seperti: factor social, budaya, ekonomi, teknologi, realigi, dan pendidikan dari seniman serta pemakai seni.
Dalam kritik seni, ukuran penilaian bisa dilakukan secara general atau nongeneral. Penilaian general yaitu penilaian sebuah karya seni harus didasarkan pada analisis unsure-unsur karya seni tersebut secara terpisah-pisah, seperti: komposisi, proporsi, perspektif, garis, warna, corak, dll. Selanjutnya untuk penilaian nongeneral yaitu menilai menilai karya seni tidak secara terpisah-pisah. Karena karya seni dianggap sebagai satu kesatuan yang tidak mungkin dianalisis atas unsure demi unsure. Hal itu supaya makna makna dan nilai sebagai karya seni tetap utuh.
Dalam memahami seni tidak lepas dengan yang namanya kebudayaan. Karena kebudayaan merupakan bentuk dari keseluruhan pola tingkah laku, baik secara eksplisit maupun implisit yang diperoleh dan diturunkan melalui symbol, yang akhirnya mampu membentuk sesuatu yang khas dari kelompok manusia, termasuk perwujudannya dalam bentuk materi. Istilah kebudayaan sangat bervariasi, dalam bahasa inggris istilah “kebudayaan” berasal dari kata benda bahasa latin colore yang berarti bercocok tanam, produksi, pengembangan, atau perbaikan tanaman yang khusus. Dalam bahasa Indonesia, kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari kata budhi (budi atau akal) dan kadangkala ditafsirkan perkembangan kata majemuk “budi-daya”, yang berarti daya dari budi, berwujud, cipta, rasa dan karsa. Pengertian kebudayaan disini adalah sebagai keseluruhan pengetahuan, kepercayaan dan nilai yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk social. Kebudayaan berisi system makna yang terjalin secara menyeluruh dalam simbul-simbul yang ditransmisikan secara historis.
Istilah seni yang kita pahami sekarang berbeda dengan istilah seni sebelum perang dunia ke-II. Istilah seni dipakai dalam kehidupan sehari-hari dengan sebutan kecil atau halus. Menurut I. G. Sugriwa, secara etimologi kata seni diduga berasal dari bahasa sansekerta yang artinya penyembahan, pelayanan, dan pemberian. Padmapuspita sebagai orang yang ahli dalam bahasa sansekerta menyangkal pendapat sugriwa tersebut, ia menyatakan bahwa didalam bahasa sansekerta tidak terdapat kata seni. Padmapuspita justru malah menunjukkan istilah seni berasal dari bahasa belanda genie. Pengertian seni adalah suatu keterampilan yang diperoleh dari pengalaman, belajar, atau pengamatan, pengamatan. Seni juga berarti suatu perencanaan yang mahir dan menyatakan kualitasnya dengan baik, serta merupakan unsure-unsur yang ilustratif atau menghias dalam barang cetakan.
Dalam buku estetika dibicarakan bahwa dalam memahami seni dapat dilakukan melalui pendekatan filosofi, psikologi, dan sosiologi. Secara filosofi berbicara mengenai seni bertujuan untuk mengetahui perangkai dasar, tolok ukur dan nilai-nilai seni. Secara psikologi bermaksud membicarakan aktifitas menghayati, mencipta dan menelaah seni. Sedangkan secara sosiologi pembicaraan seni menyoroti masalah yang berkaitan dengan public, peran social seni, dan lingkungan sekitar. Dari beberapa uraian diatas, tampak bahwa seni terkait dengan sebuah kegiatan mencipta dala arti luas. Seni dapat dikonsepsikan sebagai kegiatan meniru alam, kegiatan bermain-main dengan bentuk seni. selain sebagai kegiatan atau perbuatan, seni juga dapat dipadankan dengan cara kerja atau metode, dan teknik ketukangan. Karya seni rupa dapat digolongkan dari berbagai sudut pandang seperti sudut pandang fungsi atau kegunaannya, dimensi, medium yang digunakan, gaya penciptaan, dan aspek kesejarahan.
Didalam melakukan kritik seni rupa diperlukan pengetahuan mengenai medium seni dalam pengertian luas yang meliputi isi dan tema karya seni, dan dalam pengertian terbatas mencakup bahan baku yang digunakan mengungkap isi dengan kelebihan dan kekurangan bahan tersebut dalam mengungkapnya. Melalui medium karya seni akan memperoleh wujud yang kongkrit atau lahiriah, berdasarkan sifat-sifat lahiriah inilah yang memungkinkan penikmat dapat memahami gagasan yang hendak dikemukakan oleh penciptanya.
Latar belakang budaya dan sejarah merupakan modal dasar yang diperlukan dalam kritik seni, karena dalam kemunculan karya seni rupa banyak sekali gejala baru yang terus mengikuti perkembangannya. Sehingga dalam memahami karya seni harus memahami sebab-akibat yang menimbulkan gejala-gejala sebelumnya, karena itu akan berpengaruh pada besar kecilnya penilaian terhadap karya seni.
Selain berdasarkan latar belakang, instrument yang diperlukan dalam kritik seni yaitu mengenai corak seni yang terdapat pada seni rupa tersebut. Seperti, pengetahuan mengenai aliran-aliran dalam karya seni. aliran karya seni dalam arti luas mencakup kecenderuangan isi dan tema karya seni yang ada diduniadalam pengertian sempit, corak seni mencakup kecenderungan pada aliran-aliran seni didunia. Seperti, gaya barok, gaya rokoko, naturalism, realisme, romantisme, impressionisme, ekspresisme, fauvism, suprematisme, kubisme, futurism, dadaisme, surealisme, abstraksionisme, kontruktifisme, minimalisme, op art, pop art dan lain-lain.
Setelah memahami terhadap karya seni, langkah selanjutnya memberikan apresiasi terhadap karya seni, apresiasi seni merupakan sebuah proses untuk menafsirkan sebuah makna yang terkandung dalam karya seni. apresiai, menuntut keterampilan dan kepekaan estetik untuk mendapatkan pengalaman estetik ketika mengamati karya seni rupa. Apresiasi bukanlah sebuah proses aktif dan kreatif, agar secara efektif mengerti nilai suatu karya seni, dan mendapatkan pengalaman estetik. Seorang pengamat seni yang sedang memahami karya seni sebaiknya terlebih dahulu mengenal struktur bentuk karya seni, pengorganisasian elemen seni rupa atau dasar-dasar penyusunan dari karya yang sedang dihayati.
Dalam memberikan apresiasi terhadap seni, kita terlebih dahulu menentukan criteria dan tipe kritik yang akan kita gunakan untuk kritik seni. karena semua karya seni yang dibuat pasti ada standar dan kriterianya sendiri-sendiri. Standar kesenian masa lalu tidak dapat diterapkan pada masa sekarang, karena konteks waktu suasananya yang sudah berbeda, demikian pula sebaliknya, standar sekarang tidak bisa digunakan untuk kritik karya seni yang dulu. Hal ini disebabkan karena karya seni memiliki ukuran yang berbeda, untuk sebuah karya yang realistis, ukuran yang digunakan berbeda dengan ukuran karya nonrealistic. Ketika kita ingin meneliti karya seorang seniman, maka terlebih dahulu harus dapat menentukan kaitan antara seniman dan standar zamannya.
Ketika kita menghadapi karya seni, kita tinggalkan segala ajaran penilaian estetika yang pernah kita pelajari dan kita harus menyingkirkan segala prasangka yang ada pada pikiran kita. Sehingga kita didepan karya seni dalam keadaan yang serba tidak tahu, atau pikiran kita kosong. Metode yang kita gunakan disaat itu adalah dengan menyisihkan atau mensortir dan membuang informasi-informasi yang tidak bermanfaat.

2 komentar:

  1. tulisannya sangat bagus mas ridwan, sippp, cos mantab... hehe.......
    namun entah kenapa ya, saya sulit menangkap essensi dari tulisan ini. mungkin bahasanya sangat ilmiah, dan mas ridwan ingin menyederhanakan sesuatu yang sanagt kompleks menjadi sesempit mungkin. maklum mas ridwan, kemampuan saya dalam pemahaman bahsa ilmiah masih terbatas.. hehe...
    namun di akhir paragraf dipaparkan bahwa jika kita ingin mengkritisi suatu karya seni di massa sekarang, kita harus membuang sgala pengertian dan metode yang telah kita pelajari. kita harus mengkritisi suatu karya seni dalam keadaan yang tidak tahu sama sekali..
    logikanya, jika kita mengkritisi suatu maslah atau obyek, kita harus punya dasar yang mapan yang kemudian akan mengarahkan frem berfikir kita...
    mungkin mas ridwan bisa sedikt menjelaskan maksud dari paragraf yang terakhir itu... terimakasih...

    BalasHapus
  2. gni kang, didalam kita mengkritisi karya seni itu kita seolah-olah tidak tahu mengenai karya seni itu condongnya kemana, sehingga kita dalam menafsirkannya bisa secara luas tidak hanya sebatas pada salah sartu sudut pandang tertentu. sehingga kita mengetahui maksud yang terkandung didalam karya seni itu secara luas, bahkan dalam memaknainya kita bisa lintas waktu, akhirnya akan bisa memberikan makna karya seni itu dibuat untuk zaman dulu dan bisa dikontekskan sekarang...
    terus metode yang digunakan adalah seperti pensortiran atau penyisihan maksudnya adalah, bahwa didalam mengkritisi karya seni kita memilih atau menilai dari masing-masing unsur yang ada dikarya tersebut. jika unsur yang kita temukan tidak bisa membantu kita dalam memahaminya atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. maka unsur tersebut kita buang, atau tidak kita pakai..

    BalasHapus