Senin, 28 Mei 2012


PENGEMBANGAN TARTIL DAN SENI BACA AL-QUR’AN DI ANGKATAN MUBALLIGH MUDA YOGYAKARTA  (AMMY)
Laporan penelitian  ini digunakan untuk memenuhi tugas
Mata kuliah                 : Pengembangan Budaya dan Seni dalam PAI
Dosen Pengampu        : Nur Saidah

Disusun oleh:
Aldila Sidiq Hastomo              (09410111)
Diah Kumalasari                      (09410112)
Fajar Nur Hidayat                    (09410113)
Mustafidatussowinah              (09410116)
Burhan Ali Mussirry                (09410118)
Maherlina Muna Ayuhana       (09410121)
Kelas PAI/A (kelompok 4)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
  1. Gambaran umum AMMY
AMMY merupakan salah satu lembaga pengembangan tartil dan seni baca al-Qurān yang berada di daerah Kotagede Yogyakarta. Sekretariat AMMY berada di rumah tahfidz Qurrota A’yun, jln. Purbayan no 173 Kotagede Yogyakarta.
Pada tahun 2005, dalam melakukan pembelajaran baca al-Qurān, AMMY masih bergabung dengan AMM (Angkatan Muda Muhammadiyah). Awalnya AMMY hanya mengadakan bimbingan murotal saja. Namun, masyarakat sekitar sangat berminat untuk mengikuti kegiatan tersebut. Kemudian tahun 2006, pelaaksanaan kegiatan baca al-Qurān diselenggarakan di gedung TK/TPA AMM dengan jumlah peserta 18 orang.
Seiring dengan perkembangannya, peserta AMMY bertambah banyak. Hal itu dikarenakan adanya sistem “jemput bola” yang diterapkan dalam mencari peserta. Para pengurus AMMY menyebaran surat edaran kepada tiap-tiap takmir masjid yang ada di sekitar daerah Kotagede. Surat edaran tersebut berisi tentang permohonan untuk mengirimkan wakil dari tiap-tiap masjid guna mengikuti kegiatan seni baca al-Qurān. Dengan sistem “jemput bola” tersebut, AMMY mendapatkan lebih dari 180 orang peserta.
Tahun 2006 tepatnya pasca gempa bumi yang melanda daerah Yogyakarta, peserta AMMY mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena baik ustadz maupun warga sekitar masih sibuk untuk mengurusi kepentingan pribadi masing-masing.
Untuk tahun 2012, yakni angkatan 17, tercatat terdapt 174 peserta baik dari kalangan anak-anak maupun dewasa. Dengan menempati gdung SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta, AMMY telah membagi-bagi kelas agar pembelajaran seni baca al-Qurān berjalan dengan efektif dan efisien. Adapun pembagian kelas yang diadakan sebagai berikut:
1.      Anak-anak
a)      Qiro’ah marhalah ula (1 kelas)
b)      Qiro’ah marhalah wustho (1 kelas)
c)      Qiro’ah marhalah mahir (1 kelas)
2.      Dewasa
a)    Qiro’ah marhalah ula (1 kelas)
b)   Qiro’ah marhalah wustho (1 kelas)
c)    Qiro’ah marhalah mahir (1 kelas)
3.      Kelas imam (1 kelas)
4.      Kelas murottal (1 kelas)
5.      Kelas adzan (1 kelas)
6.      Kelas tajwid (1 kelas)
7.      Kelas tartil, yang dilaksanakan di mushola Al-Ma’mur Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mahad Islami Yogyakarta.
Selain kelas yang sudah memadai, tanggapan masyarakat terhadap AMMY sudah baik dan struktur administrasinya tertata lebih rapi. [1]
  1. Pelaksanaan seni baca al-Qurān
Seni baca al-Qurān baik seni murotal, qiro’ah, imam, tajwid, dan adzan diselenggarakan pada setiap hari Ahad jam 06.00-7.30 WIB di  gedung SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Namun untuk seni tartil, diselenggarakan pada hari senin-jum’at jam 16.00-17.00 di mushola Al-Ma’mur Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mahad Islami Yogyakarta.
Dalam satu angkatan, proses pembelajaran seni baca al-Qurān dilaksanakan selama 20 kali pertemuan. Pertemuan pertama sampai pertemuan ke-17 untuk pelaksaan pembelajaran. Sedangkan pertemuan ke-18 dan ke-19 digunakan untuk evaluasi. Pada pertemuan ke-20, diadakan pembagian rapor bagi tiap-tiap peserta. Selain mendapatkan rapor, peserta yang sudah mahir dalam menguasai materi yang telah diajarkan, peserta juaga akan mendapatkan sertifikat.
Pada proses pembelajaran, seorang ustadz mengampu satu kelas. Sehari-harinya, model pembelajarannya secara klasikal. Pembelajaran dimulai dengan materi pembukaan (dilakukan dengan murotal). Kemudian dilanjutkan kepada materi pokok. Untuk materi pokok, semua kelas qiro’ah membaca Qs. Al-Anfal.namun, yang berbeda hanya lagunya saja. Pembagian lagu disesuaikan dengan marhalah, antara lain:
1.      Qiro’ah marhalah ula (bayati, shoba’, dan hijaz)
2.      Qiro’ah marhalah wustho (nahawan, rosh, dan sika)
3.      Qiro’ah marhalah mahir (membuat lagu sendiri)
Hambatan-hambatan yang sering dialami oleh pihak pengurus AMMY baik dari sarana prasarana, ustadz, maupun peserta dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.      Belum mempunyai gedung sendiri
2.      Belum mempunyai tempat sekretariat sendiri
3.      Beberapa ustadz dan peserta yang bertempat tinggal sangat jauh, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di AMMY
4.      Adanya ketidaksesuaian antara kemampuan siswa dengan kelas yang dipilih
5.      Placement test belum terlaksana dengan efektif.[2]
  1. Tujuan dan manfaat kegiatan
1.      Tartil
a)      Peserta diharapkan dapat membaca al-Qurān dengan baik dan benar sesuai dengan tajwid al-Qurān.
b)      Peserta diharapkan dapat memahami kandungan al-Qurān secara lebih mendalam.
2.      Qiro’ah
a)      Peserta diharapkan dapat membaca al-Qurān menggunakan irama bayati, shoba’, hijaz, nahawan, rosh, dan sika tanpa mengabaikan tajwid al-Qurān.
b)      Peserta disiapkan untuk dapat tampil dalam berbagai kegiatan keagamaan ataupun perlombaan qiro’ah.
3.      Murotal
a)      Peserta diharapkan dapat membaca al-Qurān menggunakan irama bayati, shoba’, hijaz, nahawan, rosh, dan sika tanpa mengabaikan tajwid al-Qurān.
b)      Peserta disiapkan untuk dapat tampil dalam berbagai kegiatan keagamaan ataupun perlombaan murotal.
4.      Adzan
a)      Menumbuhkan rasa percaya diri peserta untuk adzan dan iqomah di masjid tempat tinggalnya.
b)      Memperbaiki lafadz bacaan adzan dan iqomah.
5.      Imam
a)      Menumbuhkan rasa percaya diri peserta untuk menjadi imam baik di rumah maupun dimasjid.
b)      Memperbaiki gerakan sholat dan bacaan sholat, sehingga sholat menjadi lebih khusyuk.
6.      Tajwid
a)      Untuk mengetahui hukum-hukum bacaan al-Qurān
b)      Untuk memperbaiki makhorijul al-hūrūf
c)      Peserta diharapkan dapat mengajarkan ilmu tajwid kepada orang lain.
  1. Apresiasi team survey terhadap kegiatan
Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan metode wawancara dan observasi yang dilaksanakan pada hari Ahad tanggal 6 Mei 2012 jam 6.30-7.30 WIB, team survey memberikan apresiasi yang baik terhadap pelaksanaan pembelajaran seni baca al-Qurān. Hal ini meliputi :
1.      Adanya AMMY merupa suatu wujud usaha untuk meningkatkan motivasi masyarakat dalam belajar seni baca al-Qurān
2.      Dengan adanya AMMY peserta dapat mengetahui berbagai macam variasi lagu dalm membaca al-Qurān
3.      AMMY dijadikan suatu wadah untuk menampung potensi dan bakat peserta khususnya dalam bidang seni suara
4.      Dapat memacu peserta untuk berlomba-lomba dalam membaca al-Qurān secara baik dan benar sesuai dengan tajwid al-Qurān
5.      AMMY merupakan perintis munculnya qori’-qori’ khususnya di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Disamping itu, tentunya AMMY mempunyai beberapa kekurangan karena AMMY merupakan lembaga yang belum lama didirikan. Adapun kekurangan AMMY dal melaksanakan proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.      Sarana dan prasarana yang belum memadai
2.      Kurangnya efektifitas waktu pembelajaran
3.      Belum adanya kurikulum yang pasti
4.      Kurangnya publikasi kepada masyarakat sekitar
5.      Keterbatasan jumlah ustadz.
 
 
LAMPIRAN
A.      Pedoman Wawancara
1.      Bagaimana sejrah berdirinya AMMY?
2.      Berapa jumlah peserta pada tahun 2012?
3.      Bagaimana proses pembelajaran seni baca al-Qurān?
4.      Apa saja hambatan yang dihadapi dalam proses pembelajaran seni baca al-Qurān?
B.       Pedoman observasi
1.      Pelaksanaan pembelajaran seni baca al-Qurān
C.     Pedoman dokumentasi
1.      Latar belakang berdirinya AMMY
2.      Keadaan ustadz, dan peserta
3.      Sarana dan prasarana

  LAMPIRAN
Catatan Lapangan
Observasi Kegiatan Bimbingan Murattal

Topik/Bahan : Murattal
Kelas             : Dewasa Awal
Hari/Tanggal : Minggu/6 Mei 2012
Jam                : 06.00 s/d selesai
 

Deskripsi data:
Observasi kegiatan bimbingan murattal adalah yang observator lakukan pertama kali, observasi dilakukan secara global sehingga mendapatkan data sebagai berikut:
Kegiatan tersebut bertempat di salah satu kelas di SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta di bawah naungan lembaga AMMY (Angkatan Mubaligh Muda Yogyakarta). Adapun peserta yang mengikuti kelas ini kurang lebih 20 orang. Observator secara langsung mengikuti dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran kegiatan murattal tersebut.
Terdapat presensi bagi peserta yang mnegikuti kegiatan tersebut. Kegiatan murattal dilaksanakan dengan cara menirukan guru/ustadz yakni cara membaca dan melantukan ayat-ayat al-Qur’an bersama-sama.
Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan tertib dan teratur mengingat pesertanya adalah orang dewasa, sehingga tidak terdapat kegaduhan atau hal-hal lain yang sekiranya mengganggu pelaksanaan kegiatan tersebut.
Kondisi peserta sangat serius dalam memperhatikan dan mendengarkan serta menirukan lantunan ayat-ayat al-Qur’an yang dipraktekkan oleh guru/ustadz. Setelah cukup membaca satu maqro’, peserta diberi kesempatan membaca secara individu. Guru membenarkan bacaan yang sekiranya kurang pas atau sesuai dengan lagu murattal, serta mengoreksi kekeliruan pada bacaan yang tidak sesuai dengan tajwidnya.
Dalam murattal terdapat lagu yang hanya terpaut pada beberapa nada, berbeda dengan qiroah, yaitu nada qarar, nawa dan nawa ‘ala nawa. Sehingga ketika membaca maqra’ dari ayat-ayat al-Qur’an hanya mengulang-ulang ketiga lagu tersebut dan mensinkronisasikan ayat dengan nada. Dengan demikian ayat-ayat al-Qur’an akan terdengar sangat indah.
Catatan Lapangan
Observasi Kegiatan Bimbingan Qiroah
Topik/Bahan : Qiroah
Kelas             : Anak-anak
Hari/Tanggal : Minggu/6 Mei 2012
Jam                : 06.00 s/d selesai
 

Deskripsi data:
Observasi kegiatan kedua adalah bimbingan qiroah, mendapatkan data sebagai berikut:
Kegiatan tersebut bertempat di salah satu kelas di SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta di bawah naungan lembaga AMMY (Angkatan Mubaligh Muda Yogyakarta).
Sama halnya dengan kelas murattal, kelas tilwah khususnya anak-anak terdapat presensi bagi peserta yang mnegikuti kegiatan tersebut. Kegiatan qiroah dilaksanakan dengan cara menirukan guru dan melantunkan bersama-sama.
Setiap peserta diberi maqra’ yang berisi ayat serta nama lagu yang dilantunkan. Berbeda dengan murattal, lagu yang ada pada qiroah lebih lengkap seperti notasi musik, namun tidak dapat diiringi dengan musik. Diantaranya lagu pokok dalam qiroah ada tujuh yaitu: bayati, shaba, hijaz, nahawand, rasyta, syikkah, dan jiharkah.
Anak-anak kelihatan sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Dengan demikian dapat digali potensi dan bakat seni Islami mulai usia dini.
Pelaksanaan pembelajaran qiroah sangat berbeda dengan murattal; apabila dalam setiap kali pertemuan kegiatan murattal dapat menyelesaikan satu maqra’, kegiatan qiroah perlu beberapa kali pertemuan untuk menyelesaikan satu maqra’.
Setiap selesai satu sampai dua lagu, peserta diberi kesempatan mempraktekkan secara individu atau per dua orang sampai benar-benar terdengar baik dan hafal lagu yang dilantunkannya. Secara khusus qiroah harus memiliki modal suara yang baik, namun semisal ada peserta yang tidak memiliki modal dan bakat pun bisa jadi dapat melantunkan qiroah dengan baik karena latihan yang kontinyu.


[1] Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Barqoni sebagai ustadz AMMY pada tanggal 6 Mei 2012 pukul 7.30 WIB di SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta.
[2] Berdasarkan hasil observasi pembelajaran pada tanggal 6 Mei 2012 pukul 6.30-07.30 WIB di SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar