PENGEMBANGAN TARTIL DAN
SENI BACA AL-QUR’AN DI ANGKATAN MUBALLIGH MUDA YOGYAKARTA (AMMY)
Laporan penelitian ini digunakan untuk memenuhi tugas
Mata kuliah :
Pengembangan Budaya dan Seni dalam PAI
Dosen Pengampu :
Nur Saidah
Disusun oleh:
Aldila Sidiq Hastomo (09410111)
Diah Kumalasari (09410112)
Fajar Nur Hidayat (09410113)
Mustafidatussowinah (09410116)
Burhan Ali Mussirry (09410118)
Maherlina Muna Ayuhana (09410121)
Kelas PAI/A (kelompok 4)
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
- Gambaran umum AMMY
AMMY
merupakan salah satu lembaga pengembangan tartil dan seni baca al-Qurān yang
berada di daerah Kotagede Yogyakarta. Sekretariat AMMY berada di rumah tahfidz
Qurrota A’yun, jln. Purbayan no 173 Kotagede Yogyakarta.
Pada
tahun 2005, dalam melakukan pembelajaran baca al-Qurān, AMMY masih
bergabung dengan AMM (Angkatan Muda Muhammadiyah). Awalnya AMMY hanya
mengadakan bimbingan murotal saja. Namun, masyarakat sekitar sangat berminat untuk
mengikuti kegiatan tersebut. Kemudian tahun 2006, pelaaksanaan kegiatan baca al-Qurān
diselenggarakan di gedung TK/TPA AMM dengan jumlah peserta 18 orang.
Seiring
dengan perkembangannya, peserta AMMY bertambah banyak. Hal itu dikarenakan
adanya sistem “jemput bola” yang diterapkan dalam mencari peserta. Para
pengurus AMMY menyebaran surat edaran kepada tiap-tiap takmir masjid yang ada
di sekitar daerah Kotagede. Surat edaran tersebut berisi tentang permohonan
untuk mengirimkan wakil dari tiap-tiap masjid guna mengikuti kegiatan seni baca
al-Qurān. Dengan sistem “jemput bola” tersebut, AMMY mendapatkan lebih
dari 180 orang peserta.
Tahun
2006 tepatnya pasca gempa bumi yang melanda daerah Yogyakarta, peserta AMMY
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena baik ustadz maupun warga sekitar
masih sibuk untuk mengurusi kepentingan pribadi masing-masing.
Untuk
tahun 2012, yakni angkatan 17, tercatat terdapt 174 peserta baik dari kalangan
anak-anak maupun dewasa. Dengan menempati gdung SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta,
AMMY telah membagi-bagi kelas agar pembelajaran seni baca al-Qurān berjalan
dengan efektif dan efisien. Adapun pembagian kelas yang diadakan sebagai
berikut:
1.
Anak-anak
a)
Qiro’ah marhalah
ula (1 kelas)
b)
Qiro’ah marhalah
wustho (1 kelas)
c)
Qiro’ah marhalah
mahir (1 kelas)
2.
Dewasa
a)
Qiro’ah marhalah
ula (1 kelas)
b)
Qiro’ah marhalah
wustho (1 kelas)
c)
Qiro’ah marhalah
mahir (1 kelas)
3.
Kelas imam (1
kelas)
4.
Kelas murottal
(1 kelas)
5.
Kelas adzan (1
kelas)
6.
Kelas tajwid (1
kelas)
7.
Kelas tartil,
yang dilaksanakan di mushola Al-Ma’mur Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mahad Islami
Yogyakarta.
Selain
kelas yang sudah memadai, tanggapan masyarakat terhadap AMMY sudah baik dan
struktur administrasinya tertata lebih rapi. [1]
- Pelaksanaan seni baca al-Qurān
Seni
baca al-Qurān baik seni murotal, qiro’ah, imam, tajwid, dan adzan
diselenggarakan pada setiap hari Ahad jam 06.00-7.30 WIB di gedung SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Namun
untuk seni tartil, diselenggarakan pada hari senin-jum’at jam 16.00-17.00 di
mushola Al-Ma’mur Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mahad Islami Yogyakarta.
Dalam
satu angkatan, proses pembelajaran seni baca al-Qurān dilaksanakan
selama 20 kali pertemuan. Pertemuan pertama sampai pertemuan ke-17 untuk
pelaksaan pembelajaran. Sedangkan pertemuan ke-18 dan ke-19 digunakan untuk
evaluasi. Pada pertemuan ke-20, diadakan pembagian rapor bagi tiap-tiap
peserta. Selain mendapatkan rapor, peserta yang sudah mahir dalam menguasai
materi yang telah diajarkan, peserta juaga akan mendapatkan sertifikat.
Pada
proses pembelajaran, seorang ustadz mengampu satu kelas. Sehari-harinya, model
pembelajarannya secara klasikal. Pembelajaran dimulai dengan materi pembukaan
(dilakukan dengan murotal). Kemudian dilanjutkan kepada materi pokok. Untuk
materi pokok, semua kelas qiro’ah membaca Qs. Al-Anfal.namun, yang berbeda
hanya lagunya saja. Pembagian lagu disesuaikan dengan marhalah, antara lain:
1.
Qiro’ah marhalah
ula (bayati, shoba’, dan hijaz)
2.
Qiro’ah marhalah
wustho (nahawan, rosh, dan sika)
3.
Qiro’ah marhalah
mahir (membuat lagu sendiri)
Hambatan-hambatan
yang sering dialami oleh pihak pengurus AMMY baik dari sarana prasarana,
ustadz, maupun peserta dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.
Belum mempunyai
gedung sendiri
2.
Belum mempunyai
tempat sekretariat sendiri
3.
Beberapa ustadz
dan peserta yang bertempat tinggal sangat jauh, sehingga membutuhkan waktu yang
lama untuk sampai di AMMY
4.
Adanya
ketidaksesuaian antara kemampuan siswa dengan kelas yang dipilih
- Tujuan dan manfaat kegiatan
1. Tartil
a) Peserta
diharapkan dapat membaca al-Qurān dengan baik dan benar sesuai dengan
tajwid al-Qurān.
b) Peserta
diharapkan dapat memahami kandungan al-Qurān secara lebih mendalam.
2. Qiro’ah
a) Peserta
diharapkan dapat membaca al-Qurān menggunakan irama bayati, shoba’,
hijaz, nahawan, rosh, dan sika tanpa mengabaikan tajwid al-Qurān.
b) Peserta
disiapkan untuk dapat tampil dalam berbagai kegiatan keagamaan ataupun
perlombaan qiro’ah.
3. Murotal
a) Peserta
diharapkan dapat membaca al-Qurān menggunakan irama bayati, shoba’,
hijaz, nahawan, rosh, dan sika tanpa mengabaikan tajwid al-Qurān.
b) Peserta
disiapkan untuk dapat tampil dalam berbagai kegiatan keagamaan ataupun
perlombaan murotal.
4. Adzan
a) Menumbuhkan
rasa percaya diri peserta untuk adzan dan iqomah di masjid tempat tinggalnya.
b) Memperbaiki
lafadz bacaan adzan dan iqomah.
5. Imam
a) Menumbuhkan
rasa percaya diri peserta untuk menjadi imam baik di rumah maupun dimasjid.
b) Memperbaiki
gerakan sholat dan bacaan sholat, sehingga sholat menjadi lebih khusyuk.
6. Tajwid
a) Untuk
mengetahui hukum-hukum bacaan al-Qurān
b) Untuk
memperbaiki makhorijul al-hūrūf
c) Peserta
diharapkan dapat mengajarkan ilmu tajwid kepada orang lain.
- Apresiasi team survey terhadap kegiatan
Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan
metode wawancara dan observasi yang dilaksanakan pada hari Ahad tanggal 6 Mei
2012 jam 6.30-7.30 WIB, team survey memberikan apresiasi yang baik terhadap
pelaksanaan pembelajaran seni baca al-Qurān. Hal ini meliputi :
1. Adanya
AMMY merupa suatu wujud usaha untuk meningkatkan motivasi masyarakat dalam
belajar seni baca al-Qurān
2. Dengan
adanya AMMY peserta dapat mengetahui berbagai macam variasi lagu dalm membaca al-Qurān
3. AMMY
dijadikan suatu wadah untuk menampung potensi dan bakat peserta khususnya dalam
bidang seni suara
4. Dapat
memacu peserta untuk berlomba-lomba dalam membaca al-Qurān secara baik
dan benar sesuai dengan tajwid al-Qurān
5. AMMY
merupakan perintis munculnya qori’-qori’ khususnya di wilayah Yogyakarta dan
sekitarnya.
Disamping itu, tentunya AMMY mempunyai beberapa
kekurangan karena AMMY merupakan lembaga yang belum lama didirikan. Adapun
kekurangan AMMY dal melaksanakan proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Sarana
dan prasarana yang belum memadai
2. Kurangnya
efektifitas waktu pembelajaran
3. Belum
adanya kurikulum yang pasti
4. Kurangnya
publikasi kepada masyarakat sekitar
5. Keterbatasan
jumlah ustadz.
LAMPIRAN
A.
Pedoman
Wawancara
1.
Bagaimana sejrah
berdirinya AMMY?
2.
Berapa jumlah
peserta pada tahun 2012?
3.
Bagaimana proses
pembelajaran seni baca al-Qurān?
4.
Apa saja
hambatan yang dihadapi dalam proses pembelajaran seni baca al-Qurān?
B.
Pedoman
observasi
1.
Pelaksanaan pembelajaran
seni baca al-Qurān
C.
Pedoman
dokumentasi
1.
Latar belakang
berdirinya AMMY
2.
Keadaan ustadz,
dan peserta
3.
Sarana dan
prasarana
LAMPIRAN
Catatan Lapangan
Observasi Kegiatan Bimbingan Murattal
Topik/Bahan : Murattal
Kelas : Dewasa Awal
Hari/Tanggal : Minggu/6
Mei 2012
Jam : 06.00 s/d selesai

Deskripsi
data:
Observasi
kegiatan bimbingan murattal adalah yang observator
lakukan pertama
kali, observasi dilakukan secara global sehingga mendapatkan data sebagai berikut:
Kegiatan tersebut bertempat di salah satu kelas di SMP
Muhammadiyah 7 Yogyakarta di
bawah naungan lembaga AMMY (Angkatan Mubaligh Muda Yogyakarta). Adapun peserta
yang mengikuti kelas ini kurang lebih 20 orang. Observator secara langsung mengikuti dan
berpartisipasi dalam proses pembelajaran kegiatan murattal tersebut.
Terdapat presensi bagi peserta yang mnegikuti kegiatan tersebut. Kegiatan murattal
dilaksanakan dengan cara menirukan guru/ustadz yakni cara membaca dan
melantukan ayat-ayat al-Qur’an bersama-sama.
Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan tertib dan teratur mengingat
pesertanya adalah orang dewasa, sehingga tidak terdapat kegaduhan atau hal-hal
lain yang sekiranya mengganggu pelaksanaan kegiatan tersebut.
Kondisi peserta sangat serius dalam memperhatikan dan mendengarkan serta menirukan lantunan ayat-ayat
al-Qur’an yang dipraktekkan oleh guru/ustadz. Setelah cukup membaca satu
maqro’, peserta diberi kesempatan membaca secara individu. Guru membenarkan
bacaan yang sekiranya kurang pas atau sesuai dengan lagu murattal, serta
mengoreksi kekeliruan pada bacaan yang tidak sesuai dengan tajwidnya.
Dalam murattal terdapat lagu yang hanya terpaut pada beberapa nada,
berbeda dengan qiroah, yaitu nada qarar, nawa dan nawa ‘ala
nawa. Sehingga ketika membaca maqra’ dari ayat-ayat al-Qur’an hanya
mengulang-ulang ketiga lagu tersebut dan mensinkronisasikan ayat dengan nada.
Dengan demikian ayat-ayat al-Qur’an akan terdengar sangat indah.
Catatan Lapangan
Observasi Kegiatan Bimbingan Qiroah
Topik/Bahan : Qiroah
Kelas : Anak-anak
Hari/Tanggal : Minggu/6
Mei 2012
Jam : 06.00 s/d selesai

Deskripsi
data:
Observasi
kegiatan kedua adalah bimbingan qiroah, mendapatkan
data sebagai berikut:
Kegiatan tersebut bertempat di salah satu kelas di SMP
Muhammadiyah 7 Yogyakarta di
bawah naungan lembaga AMMY (Angkatan Mubaligh Muda Yogyakarta).
Sama halnya dengan kelas murattal, kelas tilwah khususnya anak-anak
terdapat presensi bagi peserta yang mnegikuti kegiatan tersebut. Kegiatan qiroah
dilaksanakan dengan cara menirukan guru dan melantunkan bersama-sama.
Setiap peserta diberi maqra’ yang berisi ayat serta nama lagu yang
dilantunkan. Berbeda dengan murattal, lagu yang ada pada qiroah
lebih lengkap seperti notasi musik, namun tidak dapat diiringi dengan musik.
Diantaranya lagu pokok dalam qiroah ada tujuh yaitu: bayati, shaba,
hijaz, nahawand, rasyta, syikkah, dan jiharkah.
Anak-anak kelihatan sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Dengan demikian
dapat digali potensi dan bakat seni Islami mulai usia dini.
Pelaksanaan pembelajaran qiroah sangat berbeda dengan murattal;
apabila dalam setiap kali pertemuan kegiatan murattal dapat
menyelesaikan satu maqra’, kegiatan qiroah perlu beberapa kali
pertemuan untuk menyelesaikan satu maqra’.
Setiap selesai satu sampai dua lagu, peserta diberi kesempatan
mempraktekkan secara individu atau per dua orang sampai benar-benar terdengar
baik dan hafal lagu yang dilantunkannya. Secara khusus qiroah harus
memiliki modal suara yang baik, namun semisal ada peserta yang tidak memiliki
modal dan bakat pun bisa jadi dapat melantunkan qiroah dengan baik
karena latihan yang kontinyu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar